Evaluasi Media
Pembelajaran
Oleh:
Fitri Yafrianti*
“Ilmu Tanpa Agama adalah Buta dan
Agama Tanpa
Ilmu adalah Lumpuh”
[Ungkapan]
A. Pendahuluan
Evaluasi merupakan proses yang sangat penting dalam
kegiatan pendidikan formal. Mengapa demikian? Bagi guru evaluasi dapat
menentukan efektivitas kinerjanya selama ini.
Evaluasi media pembelajaran sangat penting untuk dilakukan. Hal tersebut
dilakukan agar indicator pencapaian hasil dari pembelajaran yang dilaksanakan
benar-benar dapat dicapai dengan sempurna. Oleh karena itu penulis tertarik
untuk membahas evaluasi media pembelajaran. Sebelum membahasnya, terlebih
dahulu kita harus mengetahui apa yang dimaksud dengan evaluasi media
pembelajaran?
B. Pengertian
evaluasi media pembelajaran
Ada beberapa pengertian evaluasi. Secara harfiah kata
evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation;
dalam bahasa Arab: al-Taqdir; dalam
bahasa Indonesia berarti: penilaian. Adapun dari segi istilah, sebagaimana
dikemukakan oleh Edwind Wandt dan Gerald W. Brown (1977): Evaluation refer to the act or process to determining the value of
something. Menurut definisi ini, maka istilah evaluasi itu menunjukan
kepada atau mengandung pengertian: suatu tindakan atau suatu proses untuk
menentukan nilai dari sesuatu.[1]
Wand dan Brown (1957) mendefinisikan evaluasi sebagai “…refer to the act or process to determining the value of something” Evaluasi mengacu kepada suatu proses untuk
menentukan nilai sesuatu yang dievaluasi.
Sejalan dengan pendapat tersebut Guba dan Lincoln
mendefinisikan evaluasi itu merupakan suatu proses memberikan pertimbangan
mengenai nilai dan arti sesuatu yang dipertimbangkan (evaluand). Sesuatu yang dipertimbangkan itu bisa berupa orang,
benda, kegiatan, keadaan atau sesuatu kesatuan tertentu (Hamid Hasan 1988).
Kata “media” berasal dari kata latin,
merupakan bentuk jamak dari kata “medium”.
Secara harfiah kata tersebut mempunyai arti perantara atau pengantar. Akan
tetapi sekarang kata tersebut digunakan, baik untuk bentuk jamak maupun mufrad.
Kemudian telah banyak pakar dan juga organisasi yang memberikan batasan
mengenai pengertian media. Beberapa diantaranya mengemukakan bahwa media adalah
sebagai berikut:
·
Tekhnologi
pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Jadi media
adalah perluasan dari guru (Schram, 1982).
·
National
Education Asociation (NEA) memberikan batasan bahwa media merupakan sarana komunikasi
dalam bentuk cetak maupun audio visual, termasuk teknologi perangkat kerasnya.
·
Briggs
berpendapat bahwa media merupakan alat untuk memberikan perangsang bagi siswa
supaya terjadi proses belajar.
·
Asociation
of Education Comunication Technology (AECT) memberikan batasan bahwa media
merupakan segala bentuk dan saluran yang dipergunakan untuk proses penyaluran
pesan.[2]
Dalam proses pembelajaran yang menggunakan media baik
sebagai alat maupun sebagai sumber ada
beberapa hal yang perlu untuk diketahui, yaitu:
1.
Apakah
tujuan atau indicator penggunaan media sudah tercapai dengan baik dan sempurna?
2.
Apakah
ketika memilih media yang akan digunakan sudah memenuhi kriteria pemilihan yang
sudah ditetapkan?
3.
Apakah mekanisme/prosedur menggunaan media
pembelajaran sudah memadai ?
4.
Apakah
langkah-langkah penggunaan media pembelajaran oleh guru sudah tepat ?
5.
Apakah
dengan menggunakan media pembelajaran itu guru berhasil membawa pesrta didik
dalam proses pembelajaran yang menyenangkan ?
Pertanyaan-pertanyaan tersebut sangat
terkait dengan evaluasi media pembelajaran. Oleh karena itu sangat perlu
ditetapkan kareteri-kareteria media pembelajaran untuk melaksanakan evaluasi
ini. Evaluasi ini perlu dilaksanakan
karena memiliki beberapa tujuan :
1.
Agar dapat
memilih media pembelajran yang tepat yang akan digunakan dalam proses
pembelajaran baik di kelas maupun di luar kelas
2.
Agar
prosedur penggunaan media, baik sebagai alat maupun sebagai sumber, dapat
diketahui
3.
Agar dapat
diketahui tingkat pencapaian tujuan atau indikator pencapaian hasil
4.
Agar dapat
memberikan penilaian kepada guru yang memilih dan menggunakan media
5.
Agar
informasi dapat diberikan kepada pihak yang terkait untuk kepentingan
administrasi
6.
Agar media
pembelajaran menjadi lebih baik dan sempurna.[3]
Pengevaluasian yang dikemukakan berikut ini hanyalah
sebagai contoh, selanjutnya diharapkan para guru dapat memberikan atau
melaksanakan evaluasi media pembelajaran secara mandiri, baik sebagai alat
maupun sebagai sumber. Dengan dikemukakan diharapkan guru akan calon guru dapat
memahami media secara lebih konprehensip. Disamping betul-betul disadari bahwa
media merupakan suatu kemutlakan adanya dalam dunia pembelajaran agar standar
yang diinginkan akan lebih mudah dicapai.
C. Macam
Evaluasi
Ada
dua macam bentuk pengujicobaan media yang dikenal, yaitu evaluasi formatif dan
evaluasi sumatif. Berikut ini dua bentuk pengujicobaan tersebut. Evaluasi
formatif adalah proses yang dimaksudkan untuk mengumpulkan data tentang
efektivitas dan efisiensi bahan-bahan pembelajaran (termasuk ke dalamnya
media). Tujuannya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Data-data
tersebut dimaksudkan untuk memperbaiki dan menyempurnakan media yang
bersangkutan agar lebih efektif dan efisien.
Dalam
bentuk finalnya, setelah diperbaiki dan disempurnakan, perlu dikumpulkan data. Hal
itu untuk menentukan apakah media yang dibuat patut digunakan dalam
situasi-situasi tertentu.di samping itu, menentukan apakah media tersebut
benar-benar efektif seperti, yang dilaporkan. Jenis evaluasi ini disebut
evaluasi sumatif.
Kegiatan
evaluasi dalam program pegembangan media pendidikan akan dititikberatkan pada
kegiatan evaluasi formatif. Adanya
komponen evaluasi formatif dalam proses pengembangan media pendidikan,
membedakan prosedur empiris ini dari pendekatan-pendekatan filosofis dan
teoritis. Efektivitas dan efisiensi media yang dikembangkan tidak hanya
bersifat teoritis, tetapi benar-benar telah dibuktikan di lapangan.[4]
D. Prosedur/Tahapan-Tahapan
Evaluasi Media Pembelajaran
1.
Evaluasi Satu Lawan Satu
Evaluasi media tahap satu lawan satu
atau yang disebut dengan istilah one to
one evaluation, dilaksanakan denagn Anda memilih dua orang atau lebih siswa
yang dapat mewakili populasi target dari
media yang Anda buat, sajikan media tersebut kepada mereka secara individual.
Kalau media itu Anda disain untuk belajar mandiri, biarkan mereka
mempelajarinya sementara Anda mengamatinya. Kedua orang siswa yang anda pilih
tersebut hendaknya satu orang dari populasi target yang kemampuan umumnya
sedikit dibawah rata-rata dan satu orang lagi di atas rata-rata. Prosedur
pelaksanaan evaluasi media tahap satu lawan satu ini adalah sebagai berikut:
1.
Jelaskan
kepada siswa bahwa Anda sedang merancang suatu media baru dan Anda ingin
mengetahui bagaimana reaksi mereka terhadap media yang Anda buat tersebut;
2.
Lalu
sampaikan kepada mereka bahwa apabila nanti mereka berbuat salah, hal tersebut
bukanlah karena kekurangan mereka tetapi karena kekurangsempurnaan media
tersebut, sehingga perlu diperbaiki;
3.
Usahakan
agar mereka bersikap relaks dan bebas
mengemukakan pendapatnya tentang media tersebut;
4.
Selanjutnya
berikan tes awal untuk mengetahui, sejauh mana kemampuan dan pengetahuan siswa
terhadap topic yang dimediakan;
5.
Sajikan
media dan catat berapa lama waktu yang Anda butuhkan atau bibutuhkan siswa
untuk menyajikan/mempelajari media tersebut. Catat pula bagaimana reaksi siswa
dan bagian-bagian yang sulit untuk
dipahami; apakah contoh-contohnya, penjelasannya, petunjuk-petunjuknya, ataukah
yang lain;
6.
Berikan tes
yang mengukur keberhasilan media tersebut (post
test); dan
7.
Analisis
informasi yang terkumpul.
2.
Evaluasi Kelompok Kecil
Pada tahap ini media perlu dicobakan
kepada 10-20 orang siswa yang dapat mewakili populasi target. Kalau media
tersebut Anda buat untuk siswa kelas I SMP maka plihlah 10-20 orang siswa dari
kelas I SMP. Mengapa jumlahnya tersebut? Sebab kalau kurang dari 10 data yang
Anda peroleh kurang dapat menggambarkan populasi target. Sebaliknya bila lebih
dari 20 data atau informasi yang Anda peroleh melebihi yang Anda perlukan akan
kurang bermanfaat untuk dianalisis dalam evaluasi kelompok kecil.
Siswa yang Anda pilih dalam kegiatan
ini hendaknya mencerminkan karakteristik populasi. Usahakan sampel tersebut terdiri
dari siswa-siswa yang kurang pandai, sedang dan pandai; laki-alaki dan
perempuan; berbagai usia dan latar-belakang.
Prosedur yang perlu ditempuh adalah :
1.
Jelaskan
bahwa media tersebut berada pada tahap formatif dan memerlukan umpan balik
untuk menyempurnakannya;
2.
Berikan
tes awal (pretest) untuk mengukur
kemampuan dan pengetahuan siswa tentang topik yang dimediakan;
3.
Sajikan
media atau minta kepada siswa untuk mempeljari media tersebut;
4.
Catat
waktu yang diperlukan dan semua bentuk umpan balik (langsung ataupun tak
langsung) selama penyajian media;
5.
Berikan
tes untuk mengetahui sejauh mana tujuan bisa tercapai (post test);
6.
Bagaikan kuesioner
dan minta siswa untuk mengisinya. Apabila mungkin adakan diskusi yang mendalam
dengan beberapa siswa. beberapa pertanyaan yang perlu didiskusikan antara lain:
-
Menarik
tidaknya media tersebut,
-
Apa
sebabnya;
-
Mengerti
tidaknya siswa akan pesan yang disampaikan;
-
Konsistensi
tujuan dan materi program;
-
Cukup
tidaknya atau jelas tidaknya latihan dan contoh yang diberikan. Apabila
pertanyaan-pertanyaan tersebut telah ditanyakan lewat kuesioner, informasi yang
lebih detail dan jauh dapat dicari lewat diskusi ini; dan
7.
Analisis data-data yang terkumpul.
Atas dasar umpan
balik semua ini media disempurnakan.
3.
Evaluasi
Lapangan
Evaluasi lapangan atau field evaluation adalah tahap akhir dari
evaluasi formatif yang perlu anda lakukan. Usahakan memperoleh situasi yang
semirip mungkin dengan situasi sebenarnya. Setelah melalui dua tahap evaluasi
diatas tentulah media yang kita buat sudah mendekati kesempurnannya. Namun dengan
itu masih harus dibuktikan. Lewat evaluasi lapangan inilah kebolehan media yang
kita buat itu diuji.
Pilih sekitar 30 orang siswa dengan
berbagai karakteristik (tingkat kepandaian, kelas, latar belakang, jenis
kelamin, kemajuan belajar, dan sebagainya) sesuai dengan karakteristik populasi
sassaran.
Satu hal yang perlu dihindari baik
untuk dua tahap evaluasi terdahulu maupun lebih-lebih lagi untuk tahap evaluasi
lapangan adalah apa yang disebut efek halo (halo efek). Situasi seperti muncul
apabila media kita cobakan pada kelompok responden yang salah. Maksudnya,
apabila kita membuat program film bingkai lalu mencobakannya kepada siswa-siswa
yang belum pernah melihat program film bingkai, atau transparansi, OHP dan film
kepada siswa-siswa yang belum pernah memperoleh kajian dengan transparansi atau
melihat film. Pada situasi seperti ini informasi yang anda peroleh banyak
dipengaruhi oleh sifat kebaruan tersebut sehingga kurang dapat dipercaya.
Prosedur pelaksanaannya adalah sebagai tersebut:
1.
Mula-mula pilih
salah satu yang benar-benar mewakili populasi target, kira-kira 30 orang siswa.
Usahakan agar mereka mewakili berbagai tingkat kemampuan dan keterampilan
sesuai dengan siswa yang ada. Tes kemampuan awal perlu dilakukan bila
karakterisrtik siswa belum diketahui. Atas dasar itu pemilihan siswa dilakukan.
Tetapi bila kita kenai benar siswa-siswa yang akan dipakai dalam uji coba tak
perlu tes itu dilakukan.
2.
Jelaskan
kepada mereka maksud uji lapangan tersebut dan apa yang anda harapkan pada
akhir kegiatan. Pada umumnya siswa tak terbiasa untuk mengeritik bahan-bahan
atau media yang diberikan, Karena mereka beranggapan sudah benar dan efektif.
Usahakan mereka bersikap relax dan berani mengemukakan penilaian. Jauhkan sedapat mungkin perasaan bahwa uji
coba ini menguji kemampuan mereka.
3.
Berikan
tes awal untuk mengukur sejauh mana pengetahuan dan keterampilan mereka
terhadap topik yang dimediakan.
4.
Sajikan
media tersebut kepada mereka. Bentuk penyajiannya tentu sesuai dengan rencana
pembuatannya: untuk prestasi kelompok besar, untuk kelompok kecil atau belajar
mandiri.
5.
Catat
semua respon yang muncul dari siswa selama sajian. Begitu pula waktu yang
diperlukan.
6.
Berikan
tes untuk mengukur seberapa jauh pencapaian hasil belajar setelah sajian media
tersebut. Hasil tes ini (post test) dibandingkan dengan haissl tes pertama (pre
test) akan menunjukkan seberapa efektif efisien media yang anda buat tersebut.
7.
Berikan
questioner untuk mengetahui pendapat atau sikap terhadap media tersebut dan
sajian yang diterimanya dan
8.
Ringkas
dan analisislah data-data yang anda peroleh dengan kegiatan-kegiatan tadi:
kemampuan awal, sportest awal dan tes akhir, waktu yang diperlukan, perbaikan
bagian-bagian yang sulit, dan pengayaan yang diperlukan, kecepatan sajian dan
sebagainya. Atas dasar itu media diperbaiki dan semakin disempurnakan.
DAFTAR PUSTAKA
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2009
Rudi Susilana, Media
Pembelajaran, Bandung: Wacana Prima, 2008
Azhar Arsyad, Media
Pembelajaran, Jakarta: Raja Grafindo Persada
Omar Malik, Media Pendidikan,
Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1994
Harsja W. Bachtiar, Media
Pendidikan , Jakarta: Pustaka Tekhnologi Pendidikan, 2009
* Penulis
Adalah Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, (UIN
SUSKA). Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Jurusan Pendidikan Agama Islam (kosentrasi fiqih) Semester VI, sekarang sedang menyelesaikan Program
SI.
[1] Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2009), hal. 1.
[2] Rudi Susilana, Media
Pembelajaran, (Bandung: Wacana Prima, 2008), hal. 5-6. Kata media berasal
dari bahasa Latin medius yang secara
harfiah berarti “tengah, perantara, atau pengantar”. Dalam bahasa Arab, media
adalah perantara (wasa’ila) atau
pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Gerlach & Ely (1971)
mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia,
materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu
memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Azhar Arsyad, Media Pembelajaran,(Jakarta: Raja
Grafindo Persada), hal. 3.
[3] Omar Malik, Media Pendidikan,
(Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1994), hal. 228.
[4] Harsja W. Bachtiar, Media
Pendidikan , (Jakarta: Pustaka Tekhnologi Pendidikan, 2009), hal. 182.
0 komentar:
Posting Komentar