BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Salah satu di antara masalah besar
dalam bidang pendidikan di Indonesia yang banyak diperbincangkan adalah
rendahnya mutu pendidikan yang tercermin dari rendahnya rata-rata prestasi
belajar. Masalah lain adalah bahwa pendekatan dalam pembelajaran masih terlalu
didominasi peran guru (teacher centered). Guru lebih banyak menempatkan peserta
didik sebagai objek dan bukan sebagai subjek didik. Pendidikan kita kurang
memberikan kesempatan kepada peserta didik dalam berbagai mata pelajaran, untuk
mengembangkan kemampuan berpikir holistik (menyeluruh), kreatif, objektif, dan
logis, belum memanfaatkan quantum learning sebagai salah satu paradigma menarik
dalam pembelajaran, serta kurang memperhatikan ketuntasan belajar secara individual.
Demikian
juga proses pendidikan dalam sistem persekolahan kita, umumnya belum menerapkan
pembelajaran sampai peserta didik menguasai materi pembelajaran secara tuntas.
Akibatnya, banyak peserta didik yang tidak menguasai materi pembelajaran meskipun
sudah dinyatakan tamat dari sekolah. Tidak heran kalau mutu pendidikan secara
nasional masih rendah. Upaya-upaya dalam rangka perbaikan dan pengembangan
kurikulum berbasis kompetensi meliputi: kewenangan pengembangan, pendekatan
pembelajaran, penataan isi/konten, serta model sosialisasi, lebih disesuaikan
dengan perkembangan situasi dan kondisi serta era yang terjadi saat ini.
Pendekatan pembelajaran diarahkan pada upaya mengembangkan kemampuan peserta
didik dalam mengelola perolehan belajar (kompetensi) yang paling sesuai dengan
kondisi masing-masing. Dengan demikian proses pembelajaran lebih mengacu kepada
bagaimana peserta didik belajar dan bukan lagi pada apa yang dipelajari.
Sesuai dengan cita-cita dari tujuan
pendidikan nasional, guru perlu memiliki beberapa prinsip mengajar yang mengacu
pada peningkatan kemampuan internal peserta didik di dalam merancang strategi
dan melaksanakan pembelajaran. Peningkatan potensi internal itu misalnya dengan
menerapkan jenis-jenis strategi pembelajaran yang memungkinkan peserta didik
mampu mencapai kompetensi secara penuh, utuh dan kontekstual.
Berbicara tentang rendahnya daya
serap atau prestasi belajar, atau belum terwujudnya keterampilan proses dan
pembelajaran yang menekankan pada peran aktif peserta didik, inti persoalannya
adalah pada masalah “ketuntasan belajar” yakni pencapaian taraf penguasaan minimal
yang ditetapkan bagi setiap kompetensi secara perorangan. Masalah ketuntasan
belajar merupakan masalah yang penting, sebab menyangkut masa depan peserta didik,
terutama mereka yang mengalami kesulitan belajar.
Pendekatan pembelajaran tuntas
adalah salah satu usaha dalam pendidikan yang bertujuan untuk memotivasi
peserta didik mencapai penguasaan (mastery level) terhadap kompetensi tertentu.
Dengan menempatkan pembelajaran tuntas (mastery learning) sebagai salah satu
prinsip utama dalam mendukung pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi,
berarti pembelajaran tuntas merupakan sesuatu yang harus dipahami dan
dilaksanakan dengan sebaik-baiknya oleh seluruh warga sekolah. Untuk itu perlu
adanya panduan yang memberikan arah serta petunjuk bagi guru dan warga sekolah
tentang bagaimana pembelajaran tuntas seharusnya dilaksanakan.
B. Permasalahan
Dari latar belakang yang telah di
paparkan di atas, maka penulis tertarik membahas cara merumuskan pengalaman
belajar yang berorientasi pada quantum dan belajar tuntas.
BAB
II
PEMBAHASAN
CARA MERUMUSKAN
PENGALAMAN BELAJAR YANG BERORIENTASI PADA QUANTUM DAN BELAJAR TUNTAS
Oleh:
Fitri Yafrianti*
“Ilmu Tanpa Agama adalah Buta dan
Agama Tanpa Ilmu adalah Lumpuh”
[Ungkapan]
A. QUANTUM
Pembelajaran quantum sesungguhnya
merupakan ramuan atau rakitan dari berbagai teori atau pandangan psikologi
kognitif dan pemrograman neurologi/neurolinguistik yang jauh sebelumnya sudah
ada.[1]
Kata quantum dalam literatur berarti sesuatu, secara mekanik berarti studi
tentang gerakan. Atau Quantum adalah
interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya.
Quantum terbagi kepada dua: Quantum
Learning dan Quantum teaching. Quantum learning adalah kiat, petunjuk, strategi
dan seluruh proses belajar yang dapat mempertajam pemahaman dan daya ingat,
serta membuat belajar sebagai suatu proses yang menyenangkan dan bermanfaat.[2]
Sedangkan quantum teaching merupakan badan ilmu pengetahuan dan metodologi yang
digunakan dalam rancangan, penyajian dan fasilitas. Quantum teaching
merangkaikan yang baik dari yang paling
baik menjadi sebuah paket multi sensori, multi kecerdasan dan kompatibel dengan
otak, yang pada akhirnya meningkatkan kemampuan guru untuk mengilhami dan
kemampuan murid untuk berprestasi.[3]
B.
PENGERTIAN PENGAJARAN BERDASARKAN PENGALAMAN
Pengajaran berdasarkan pengalaman melengkapi siswa
dengan suatu alternatif pengalaman
belajar dengan menggunakan pendekatan kelas, pengarahan guru misalnya metode
ceramah. Strategi pengajaran ini menyediakan kesempatan kepada siswa untuk
melakukan kegiatan-kegiatan belajar secara aktif dengan personalisasi. Rumusan
pengertian tersebut menunjukkan bahwa pengajaran berdasarkan pengalaman memberi
para siswa seperangkat/serangkaian situasi-situasi belajar dalam bentuk
keterlibatan pengalaman sesungguhnya yang dirancang oleh guru. Cara ini
mengarahkan para siswa ke dalam
eksplorasi yang alami dan investigasi langsung ke dalam suatu situasi
pemecahan masalah/daerah mata ajaran tertentu. Tujuan pendidikan yang mendasari
strategi ini adalah:
1.
Untuk
menambah rasa percaya diri dan kemampuan pelajar melalui partisipasi belajar
aktif (berlawanan dengan partisipasi pasif)
2.
Untuk
menciptakan interaksi sosial yang positif guna memperbaiki hubungan sosial
dalam kelas.
Strategi ini dilandasi teori John Dewey, yakni
prinsip belajar sambil berbuat (learning
by doing). Prinsip ini berdasarkan asumsi bahwa para siswa dapat memperoleh lebih banyak pengalaman dengan
cara keterlibatan secara aktif dan personal, dibandingkan dengan bila mereka
hanya melihat materi/konsep. Penelitian menunjukkan bahwa kemampuan siswa
dalam memecahkan masalah, meningkat
apabila guru menerima peranan non intervensi.[4]
C.
PELAKSANAAN TEKNIK PENGAJARAN BERDASARKAN PENGALAMAN
Prosedur untuk mempersiapkan pengalaman belajar
“sambil berbuat” bagi siswa adalah sebagai berikut.
1. Guru merumuskan secara saksama suatu
rencana pengalaman belajar yang bersifat terbuka (open minded) mengenai hasil yang potensial/memiliki seperangkat
hasil-hasil alternatif tertentu.
2. Guru memberikan rangsangan dan motivasi
pengenalan terhadap pengalaman.
3. Siswa dapat bekerja secara
individual/bekerja dalam kelompok-kelompok kecil/keseluruhan kelompok di dalam
belajar berdasarkan pengalaman.
4. Para siswa ditempatkan di dalam
situasi-situasi nyata pemecahan masalah, bukan dalam situasi pengganti. Contoh:
di dalam kelompok kecil siswa membuat miniatur kota dengan menggunakan
potongan-potongan kayu, bukan menceritakan cara membangun suatu miniatur kota.
5. Siswa aktif berpartisipasi di dalam
pengalaman yang tersedia, membuat keputusan sendiri, dan menerima konsekuensi
berdasarkan keputusan tersebut.
6. Keseluruhan kelas menyajikan pengalaman
yang telah dipelajari sehubungan dengan mata ajaran tersebut untuk memperluas
belajar dan pemahaman guru melaksanakan pertemuan yang membahas bermacam-macam
pengalaman tersebut.
Pertemuan
pembahasan terdiri dari 4 bagian, yakni review, analisis, distilasi, dan
integrasi.
1. Review terhadap peristiwa secara
terperinci/mendetail
2. Menganalisis aspek-aspek peristiwa. Guru
harus membantu siswa mengidentifikasi masalah sentral/isu yang berkaitan dengan
peristiwa.
3. Mendistilasi prinsip-prinsip dan nilai
premisis yang berkaitan dengan peristiwa.
4. Mengintegrasikan pengalaman baru ke
dalam kerangka belajar siswa. guru menghubungkan pengalaman baru itu dengan
pengetahuan yang dimiliki oleh siswa.
Dengan cara melaksanakan pertemuan,
pembahasan tersebut mendefinisikan apa yang terjadi, dan pembagian temuan
merupakan karakteristik yang membedakannya dengan strategi pembelajaran
“belajar pengalaman” (experiental learning). Belajar pengalaman terutama
terpusat pada pemberian kepada siswa pengalaman-pengalaman belajar yang
bersifat terbuka dan siswa membimbing diri sendiri.[5]
Pada
dasarnya tahap-tahap kegiatan mengajar itu mencakup persiapan, pelaksanaan,
evaluasi dan tindak lanjut. Sebetulnya strategi belajar mengajar meliputi
seluruh kegiatan/tahapan-tahapan tersebut, tetapi titik beratnya berada
(terutama) di tahap persiapan.
Persiapan
Pengajaran berupa:
a.
Perumusan
tujuan pengajaran[6]
b.
Pengembangan
alat evaluasi
c.
Analisis
tugas belajar dan identifikasi kemampuan siswa.
d.
Penyusunan
strategi belajar mengajar[7]
D. Master
Learning (belajar tuntas)
Master learning secara harfiyah
artinya belajar tuntas atau penguasaan penuh.[8]
Sedangkan secara istilah master learning adalah suatu strategi pengajaran yang
diindividualisasikan dengan menggunakan pendekatan kelompok (Group Based
Approach).
Belajar
tuntas berasumsi bahwa di dalam kondisi yang tepat semua peserta didik mampu
belajar dengan baik, dan memperoleh hasil yang maksimal terhadap seluruh materi
yang dipelajari. Agar semua peserta didik memperoleh hasil belajar secara
maksimal, pembelajaran harus dilaksanakan dengan sistematis. Kesistematisan
akan tercermin dari strategi pembelajaran yang dilaksanakan, terutama dalam
mengorganisir tujuan dan bahan belajar, melaksanakan evaluasi dan memberikan
bimbingan terhadap peserta didik yang gagal mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Tujuan pembelajaran harus diorganisir secara spesifik untuk
memudahkan pengecekan hasil belajar, bahan perlu dijabarkan menjadi
satuan-satuan belajar tertentu,dan penguasaan bahan yang lengkap untuk semua
tujuan setiap satuan belajar dituntut dari para peserta didik sebelum proses
belajar melangkah pada tahap berikutnya.
Evaluasi
yang dilaksanakan setelah para peserta didik menyelesaikan suatu kegiatan
belajar tertentu merupakan dasar untuk memperoleh balikan (feedback). Tujuan
utama evaluasi adalah memperoleh informasi tentang pencapaian tujuan dan
penguasaan bahan oleh peserta didik. Hasil evaluasi digunakan untuk menentukan
dimana dan dalam hal apa para peserta didik perlu memperoleh bimbingan dalam
mencapai tujuan, sehinga seluruh peserta didik dapat mencapai tujuan ,dan
menguasai bahan belajar secara maksimal (belajar tuntas).
Strategi
belajar tuntas dapat dibedakan dari pengajaran non belajar tuntas dalam hal
berikut : (1) pelaksanaan tes secara teratur untuk memperoleh balikan terhadap
bahan yang diajarkan sebagai alat untuk mendiagnosa kemajuan (diagnostic
progress test); (2) peserta didik baru dapat melangkah pada pelajaran
berikutnya setelah ia benar-benar menguasai bahan pelajaran sebelumnya sesuai
dengan patokan yang ditentukan; dan (3) pelayanan bimbingan dan konseling
terhadap peserta didik yang gagal mencapai taraf penguasaan penuh, melalui
pengajaran remedial (pengajaran korektif).
Strategi
belajar tuntas dikembangkan oleh Bloom, meliputi tiga bagian, yaitu: (1)
mengidentifikasi pra-kondisi; (2) mengembangkan prosedur operasional dan hasil
belajar; dan (3c) implementasi dalam pembelajaran klasikal dengan memberikan
“bumbu” untuk menyesuaikan dengan kemampuan individual, yang meliputi : (1)
corrective technique yaitu semacam pengajaran remedial, yang dilakukan
memberikan pengajaran terhadap tujuan yang gagal dicapai peserta didik, dengan
prosedur dan metode yang berbeda dari sebelumnya; dan (2) memberikan tambahan
waktu kepada peserta didik yang membutuhkan (sebelum menguasai bahan secara
tuntas).
Di samping
implementasi dalam pembelajaran secara klasikal, belajar tuntas banyak
diimplementasikan dalam pembelajaran individual. Sistem belajar tuntas mencapai
hasil yang optimal ketika ditunjang oleh sejumlah media, baik hardware maupun
software, termasuk penggunaan komputer (internet) untuk mengefektifkan proses
belajar.
Belajar
tuntas
(mastery learning) adalah filosofi pembelajaran yang berdasar pada anggapan bahwa
semua siswa dapat belajar bila diberi waktu yang cukup dan
kesempatan belajar yang memadai. Selain itu, dipercayai bahwa siswa dapat
mencapai penguasaan akan suatu materi bila standar kurikulum dirumuskan dan dinyatakan dengan
jelas, penilaian mengukur dengan tepat kemajuan siswa dalam suatu materi, dan
pembelajaran berlangsung sesuai dengan kurikulum. Dalam metoda belajar tuntas,
siswa tidak berpindah ke tujuan belajar selanjutnya bila ia belum menunjukkan
kecakapan dalam materi sebelumnya.
Belajar tuntas berdasar pada
beberapa premis, diantaranya:
- Semua
individu dapat belajar
- Orang
belajar dengan cara dan kecepatan yang berbeda
- Dalam
kondisi belajar yang memadai, dampak dari perbedaan individu hampir tidak
ada
- Kesalahan
belajar yang tidak dikoreksi menjadi sumber utama kesulitan belajar.
Kurikulum belajar tuntas biasanya
terdiri dari beberapa topik berbeda yang mulai dipelajari oleh para siswa
secara bersamaan. Siswa yang tidak menyelesaikan suatu topik dengan memuaskan
diberi pembelajaran tambahan sampai mereka berhasil. Siswa yang menguasai topik
tersebut lebih cepat akan dilibatkan dalam kegiatan pengayaan sampai semua
siswa dalam kelas tersebut bisa melanjutkan ke topik lainnya secara
bersama-sama. Dalam lingkungan belajar tuntas, guru melakukan berbagai teknik
pembelajaran, dengan pemberian umpan balik yang banyak dan spesifik menggunakan
tes diagnostik, tes formatif, dan pengoreksian kesalahan selama belajar. Tes
yang digunakan di dalam metoda ini adalah tes berdasarkan acuan kriteria dan
bukan atas acuan norma.
Belajar tuntas tidak berhubungan
dengan isi topik, melainkan hanya dengan proses penguasaannya. Metoda ini
berdasar pada model yang dibuat oleh Benjamin S.
Bloom,
dengan penyempurnaan oleh James H. Block. Belajar tuntas dapat dilakukan
melalui pembelajaran kelas oleh guru, tutorial satu per satu, atau belajar
mandiri dengan menggunakan materi terprogram. Dapat dilakukan menggunakan
pembelajaran guru secara langsung, kerjasama dengan teman sekelas, atau belajar
sendiri. Di dalamnya diperlukan tujuan pembelajaran yang terumuskan dengan baik
dan disusun menjadi unit-unit kecil secara berurutan.
Dua permasalahan yang sering muncul
dalam pelaksanaan belajar tuntas:
- Pertama,
pengelompokan dan pengaturan jadwal bisa memunculkan kesukaran. Guru
sering merasa lebih mudah meminta siswa untuk belajar dalam kecepatan
tetap dan menyelesaikan tugas dalam waktu tertentu dibandingkan bila ada
variasi yang besar dalam kegiatan di suatu kelas.
- Kedua,
karena siswa yang lambat memerlukan waktu yang lebih banyak dalam standar
minimum, siswa yang cepat akan terpaksa menunggu untuk maju ke tingkat
yang lebih tinggi.
Permasalahan-permasalahan tersebut
bukannya tidak bisa diatasi karena bisa diatur pemberian perhatian yang bersifat perorangan,
menetapkan standar yang tinggi tapi bisa dicapai, dan menyediakan materi
tambahan bagi siswa yang belajar dengan cepat.
Indikator
Pelaksanaan Pembelajaran Tuntas
1. Metode Pembelajaran
1. Metode Pembelajaran
Strategi pembelajaran tuntas sebenarnya menganut
pendekatan individual, dalam arti meskipun kegiatan belajar ditujukan kepada
sekelompok peserta didik (klasikal), tetapi juga mengakui dan memberikan
layanan sesuai dengan perbedaan-perbedaan individual peserta didik, sehingga
pembelajaran memungkinkan berkembangnya potensi masing-masing peserta didik secara
optimal.
Adapun langkah-langkahnya adalah :
a. mengidentifikasi prasyarat (prerequisite),
b. membuat tes untuk mengukur perkembangan dan pencapaian kompetensi,
c. mengukur pencapaian kompetensi peserta didik.
Adapun langkah-langkahnya adalah :
a. mengidentifikasi prasyarat (prerequisite),
b. membuat tes untuk mengukur perkembangan dan pencapaian kompetensi,
c. mengukur pencapaian kompetensi peserta didik.
Metode pembelajaran yang sangat ditekankan dalam
pembelajaran tuntas adalah pembelajaran individual, pembelajaran dengan teman
atau sejawat (peer instruction), dan bekerja dalam kelompok kecil. Berbagai
jenis metode (multi metode) pembelajaran harus digunakan untuk kelas atau
kelompok. Pembelajaran tuntas sangat mengandalkan pada pendekatan
tutorial dengan sesion-sesion kelompok kecil, tutorial orang perorang, pembelajaran
terprogram, buku-buku kerja, permainan dan pembelajaran berbasis komputer
(Kindsvatter, 1996).
Implikasi
Pelaksanaan Model Belajar Tuntas
Menurut B.
Bloom yang mengembangkan model belajar tuntas ini, beberapa implikasi belajar
tuntas disebutkan sebagai berikut:
a. Dengan kondisi optimal, sebagian besar
siswa dapat menguasai pelajaran secara tuntas
b. Guru bertugas mencari setiap kemungkinan
untuk menciptakan kondisi yang optimal termasuk waktu, metode, media serta
umpan balik untuk siswa.
c. Siswa adalah individu-individu yang
berbeda, oleh karena itu kondisi optimal bagi masing-masing siswa berbeda.
d. Siswa seharusnya mengerti hakikat,
tujuan serta prosedur belajar. Oleh karena itu, perumusan tujuan instruksional
khusus suatu pelajaran mutlak diperlukan
e. Sangat bermanfaat bila pelajaran
diperinci dalam satuan-satuan pelajaran yang kecil dan selalu diadakan tes pada
akhir satuan pelajaran.
f. Kegiatan belajar akan lebih efektif bila
siswa membentuk kelompok-kelompok belajar yang kecil yang dapat bertemu secara
teratur untuk saling membantu mengatasi kesulitan.
g. Penilaian akhir harus didasarkan atas
tingkat penguasaan tujuan instruksional khusus pelajaran yang bersangkutan.
Pendekatan
Strategi Belajar Tuntas
Dengan pendekatan strategi belajar tuntas
dimaksudkan cara bagaimana majunya para siswa, setelah siswa menyelesaikan
setiap pokok bahasan.[9] Ada dua pendekatan yang dapat
ditahukan, yaitu:
1. Belajar Tuntas dengan Pendekatan Seluruh
Kelas.
Pada pendekatan ini siswa boleh pindah dari pokok
bahasan satu ke pokok bahasan berikutnya, setelah 85% populasi kelas mencapai
taraf penguasaan 75%. Ini berarti bahwa majunya para siswa bersama-sama.
2. Belajar Tuntas dengan Pendekatan Secara
Individual.
Pada pendekatan ini setiap siswa yang telah mencapai
taraf penguasaan 75% dapat pindah dari satu pokokbahasan, ke pokok bahasan
berikutnya, tanpa menanti siswa lain.ini berarti bahwa majunya para siswa
secara individual.
Guru dalam pelaksanaan proses belajar mengajar yang
menganut prinsip belajar tuntas dengan sistem maju berkelanjutan, guru
melakukan beberapa fungsi sebagai berikut:
1. Guru sebagai pengelola proses belajar
mengajar.
- Membuat
program mengajar per semester berdasarkan daftar modul dan sajian
pelajaran yang ada.
- Mempelajari
pedoman guru dan isi modul serta menyiapkan peralatan yang diperlukan.
- Mengadakan
pengawasan secara berkeliling untuk membantu para siswa yang membutuhkan
serta memecahkan kesulitan yang mereka hadapi.
- Pengecekan
penguasaan siswa terhadap isi modul
- Memberikan
tes bagi siswa yang telah memenuhi syarat.
- Melaksanakan
tes, memeriksa hasil tes dan menetapkan siapa yang belum berhasil.
- Memberikan
pengayaan bagi siswa yang berhasil dan memberi bimbingan khusus dengan
program perbaikan bagi siswa yang
belum berhasil.
- Mencatat
skor mengenai modul yang telah diikuti oleh siswa, dan
- Memperhitungkan
prestasi siswa dalam mempelajari modul untuk dicatat pada waktu program
studi siswa.
2. Guru sebagai penilai
Di samping mencatat hasil tes formatif, diadakan
juga tes unit maupun tes sumatif, tugas guru adalah mencatat hasil-hasil dan
menyerahkan kepada bagian pendaftaran/pencatatan.
3. Guru sebagai penyuluh
Berdasarkan hasil prestasi belajar mengajar guru
dapat mengetahui siswa yang telah dan belum menguasai materi pelajaran. Atas
dasar penilaian ini guru menetapkan siswa yang memerlukan bantuan atau
pelayanan khusus umpamanya dengan
mengikuti program perbaikan.
4. Guru sebagai penghubung dengan orang tua
siswa untuk menyukseskan proses belajar siswa, guru berfungsi sebagai
penghubung dengan orang tua siswa. Tugas ini terutama dilakukan dalam hal siswa mengalami kesukaran.
5. Guru sebagai penasihat akademis
Untuk membimbing pemilihan program bagi siswa, dan
mengarahkan studi siswa, guru perlu ditunjuk yang bertindak sebagai penasihat
akademis bagi beberapa siswa.
Pelaksanaan
Belajar Tuntas
Kegiatan belajar mengajar berpusat
dalam kelas di mana sarana penunjang yang telah tersedia, seperti bahan
tertulis atau modul, buku-buku pokok, program pengayaan/perbaikan dan
sebagainya. Belajar tuntas hanya akan menjamin terlaksana, bila kelengkapan-kelengkapan
seperti tersebut di atas tersedia, sehingga guru dan khususnya para siswa tidak
mengalami hambatan dalam mendapatkannya.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Quantum terbagi kepada dua: quantum learning dan quantum teaching. Quantum Learning merupakan kiat, petunjuk, strategi, dan seluruh
proses belajar yang dapat mempertajam pemahaman dan daya ingat, serta membuat belajar sebagai suatu
proses yang menyenangkan dan bermanfaat. Sedangkan quantum teaching merupakan pola pengajaran yang mencerdaskan
peserta didik dengan menggunakan berbagai energy dan kemampuan pendidik agar
peserta didik tidak menjadi objek
belajar bahkan menjadi subjek belajar itu sendiri. Dengan demikian tuntutannya
pendidik mengefektifkan peserta didik untuk aktif dalam proses belajar
mengajar.
Teori
belajar tuntas (Mastery Learning Theory)
merupakan salah satu usaha dalam pembaharuan pendidikan yang bertujuan untuk
meningkatkan motivasi serta usaha belajar siswa agar siswa dapat mencapai
tingkat ketuntasan (Mastery Level).
Belajar tuntas (Mastery learning)
adalah proses belajar mengajar yang bertujuan agar bahan ajaran dikuasai secara
tuntas, artinya dikuasai sepenuhnya oleh siswa. Dengan sistem belajar tuntas
diharapkan program belajar mengajar dapat dilaksanakan sedemikian rupa agar
tujuan instruksional yang hendak dicapai dapat diperoleh secara optimal
sehingga proses belajar mengajar lebih efektif dan efisien.
B.
Saran
Dari penjelasan di atas telah jelas
betapa pentingnya cara merumuskan pengalaman belajar yang berorientasi pada
quantum dan belajar tuntas dalam dunia pendidikan. Maka penulis menyarankan
agar para guru maupun calon guru memahami quantum dan mastery learning
tersebut, agar tujuan dari pendidikan tercapai secara efektif dan efisien.
DAFTAR
PUSTAKA
Abu Ahmadi dan Joko Tri
Prasetya, Strategi Belajar Mengajar, Bandung:
CV. Pustaka Setia, 1997
B. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2009
Bobi de Porter dan Mike Hernacki, Quantum Learning, Bandung: Kaifa, 2009
Bobi de Porter, Dkk, Quantum Teaching, Bandung: Kaifa, 2007
Hartono, Paikem , Pekanbaru: Zanafa, 2008
Nasution, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar, Jakarta:
Bumi Aksara, 2005
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009
Slameto, Proses Belajar Mengajar Dalam Sistem
Kredit Semester, Jakarta: Bumi Aksara, 1991
* Penulis Adalah
Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, (UIN SUSKA).
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Jurusan Pendidikan Agama Islam (kosentrasi
fiqih) Semester VI, sekarang sedang menyelesaikan Program SI.
[1] Hartono, Paikem , (Pekanbaru: Zanafa, 20080, hal.
5
[2] Bobi de Porter dan
Mike Hernacki, Quantum Learning,
(Bandung: Kaifa, 2009), hal. 14.
[3] Quantum Teaching
menunjukan kepada guru agar menjadi guru yang lebih baik. Bobi de Porter, Dkk, Quantum Teaching, (Bandung: Kaifa,
2007), hal. 3.
[4] Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: PT.
Bumi Aksara, 2009, hal. 212.
[5] Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 2009, hal. 213.
[6] Rumusan tujuan
pengajaran merupakan pernyataan tentang apa yang diharapkan untuk diketahui,
dilakukan dan dihayati oleh siswa setelah menyelesaikan suatu kegiatan belajar.
Kemampuan yang diperoleh sebagai hasil mengikuti pengalaman belajar, pada
hakikatnya adalah perubahan tingkah laku yang dapat diukur atau
sekurang-kurangnya ada sesuatu yang dapat dijadikan indicator terjadinya
perubahan. Slameto, Proses Belajar Mengajar Dalam Sistem Kredit Semester,
(Jakarta: Bumi Aksara, 1991), hal. 125.
[7] Strategi belajar
mengajar pada hakikatnya adalah rencana kegiatan belajar mengajar yang dipilih
oleh guru untuk dilaksanakan, baik oleh siswa maupun oleh guru dalam rangka
usaha pencapaian tujuan pengajaran yang telah ditetapkan. Slameto, Proses
Belajar Mengajar Dalam Sistem Kredit Semester, (Jakarta: Bumi Aksara,
1991), hal. 125-126.
[8] Tujuan proses
pembelajaran secara ideal adalah agar bahan yang dipelajari dikuasai sepenuhnya
oleh murid. Nasution, Berbagai Pendekatan
dalam Proses Belajar dan Mengajar,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2005), hal. 36.
[9] B. Suryosubroto,
Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2009), hal.
103.
my videos with free spins no deposit bonus 2019
BalasHapusyoutube free spins no deposit bonus 2019, videos with free spins convert youtube playlist to mp3 no deposit bonus 2019, youtube free spins no deposit bonus 2019, youtube free spins no deposit bonus 2019, youtube free spins no