pendayagunaan teknologi pendidikan di Indonesia

BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah
Kebutuhan masyarakat Indonesia yang semakin tinggi terhadap pendidikan yang bermutu menunjukkan bahwa pendidikan telah menjadi salah satu pranata kehidupan sosial yang kuat dan berwibawa, serta memiliki peranan yang sangat penting dan strategis dalam pembangunan peradaban bangsa Indonesia. Pendidikan telah memberi kontribusi yang cukup signifikan dalam membangun peradaban bangsa Indonesia dari satu masa kemasa yang lainnya, baik sebelum kemerdekaan maupun sesudah kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Berbagai kajian dan pengalaman menunjukkan bahwa pendidikan memberi manfaat yang luas bagi kehidupan suatu bangsa. Pendidikan mampu melahirkan masyarakat terpelajar dan berakhlak mulia yang menjadi pilar utama dalam membangun masyarakat sejahtera. Pendidikan juga meningkatkan kesadaran masyarakat sehingga mampu hidup harmoni dan toleran dalam kemajemukan, sekaligus memperkuat kohesi sosial dan memantapkan wawasan kebangsaan untuk mewujudkan masyarakat yang demokratis.
Sekaitan dengan pendidikan, hal yang perlu diperhatikan adalah pendayagunaan teknologi. Pendayagunaan teknologi  pendidikan menjadi salah satu program beberapa negara baik berkembang maupun maju. Indonesia salah satu negara berkembang yang sedang gencar-gencarnya mencanangkan peningkatan pendidikan dalam berbagai sisi. program belajar 9 (sembilan) tahun yang telah lama dikembangkan, kini mulai ditingkatkan dengan menghadirkan Education of Technology. Dalam hal pendayagunaan teknologi pendidikan setidaknya terdapat 2 hal penting yang perlu dicapai :
1)        Peningkatan mutu pendidikan
2)        Perluasan kesempatan belajar di berbagai jenjang
Dalam peningkatan mutu pendidikan yang mendorong terciptanya manusia atau generasi yang dapat memberikan kontribusi bagi masyarakat, serta dapat bersaing dalam kanca percaturan globalisasi serta tidak menghilangkan identitas nasional yang telah tertanam. Maka perlu diperhatikan kualitas dalam mendesain pembelajaran serta kurikulum. Pembelajaran yang menjadi hal pokok dalam transformasi ilmu serta pengalaman belajar perlu adanya pembentukan baik suasana, sarana-prasarana, maupun sikap mental yang tersistem baik. Bila hal itu terlaksana maka kurikulum yang akan diterapkan menjadi lebih berkualitas. Sedangkan untuk memberikan kesempatan belajar yang seluas-luasnya kepada seluruh warga negara terlepas berasal dari berbagai macam latar belakang, tingkat ekonomi, jenis kelamin, lokasi domisili, kondisi fisik dan mental. maka tetap harus di usahakan hadir dunia pendidikan bagi mereka semua.
Teknologi pendidikan telah berkembang sebagai suatu disiplin keilmuan yang berdiri sendiri. Obyek formal teknologi pendidikan adalah belajar pada manusia. Belajar itu sendiri dapat diartikan sebagai perubahan pada diri seseorang atau suatu lembaga yang relatif menetap dan berkembang dalam pengetahuan, sikap dan keterampilan, yang disebabkan  karena pemikiran dan pengalaman. Belajar itu terjadi dimana saja, kapan saja, apa saja, dari apa atau siapa saja, dan dengan cara bagaimana saja.
Dalam teknologi pendidikan, erat kaitannya dengan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). TIK dalam pendidikan menjadi salah satu kebijakan Depdiknas. Penerapan TIK  di dalam pengembangan pendidikan ke depan bukan sekedar mengikuti trend global, melainkan merupakan suatu langkah strategis di dalam upaya meningkatkan akses dan mutu layanan kepada masyarakat. Di era globalisasi, peranan TIK menjadi semakin penting digunakan untuk mengungkapkan data dan fakta menjadi sebuah informasi yang bisa dimanfaatkan.
Penggunaan dan pemanfaatan TIK sebagai sarana pendidikan masih dirasakan amat rendah. Walaupun pendidikan di Indonesia sudah memanfaatkan TIK, terutama dalam manajemen dan pembelajaran, tetapi masih dalam lingkup yang terbatas. Ketertinggalannya dalam pendayagunaan TIK merupakan isu penting dalam kebijakan pembangunan pendidikan di Indonesia. Sebagaimana yang dimuat dalam Renstra Depdiknas, untuk mengejar kemajuan, perlu diperluas dan diintensifkan pemanfaatan TIK di bidang pendidikan, diantaranya pendayagunaan TIK baik sebagai materi kurikulum maupun sebagai  media dalam proses pembelajaramn interaktif.
Paparan di atas merupakan seedikit gambaran mengenai pendayagunaan teknologi pendidikan di negara Indonesia.

B. Rumusan Masalah
Agar tidak terjadi kesimpang siuran dalam penyusunan makalah ini, maka saya merumuskan masalah sebagai berikut :
1.   Bagaimanakah pendayagunaan teknologi pendidikan di Indonesia?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui pendayagunaan teknologi pendidikan di Indonesia.
2. Untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Teknologi Pendidikan pada Program Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Konsentrasi Pendidikan Agama Islam.










BAB II
PEMBAHASAN


A. Pendayagunaan Teknologi Pendidikan di Indonesia
Sebelum membahas lebih jauh mengenai pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dalam bidang pendidikan, ada baiknya untuk mengetahui manfaat dari teknologi itu sendiri. Memangnya kenapa kita harus memanfaatkan teknologi tersebut dalam bidang pendidikan?
Pada dasarnya teknologi diciptakan untuk mempercepat dan mempermudah pekerjaan manusia. Oleh karena itu, teknologi informasi dan komunikasi hadir dengan tujuan memberi kemudahan bagi penggunanya dalam pengolahan, penerimaan, penyimpanan, pengaksesan informasi dan komunikasi. Dalam pendidikan di Indonesia, kegiatan belajar mengajar langsung dipersepsikan sebagai kegiatan di mana peserta ajar dan pengajar bertemu dalam suatu ruang kelas. Dulu, memang begitulah proses kegiatan belajar mengajar secara “resmi”.
Namun, dengan hadirnya teknologi internet, sebagai teknologi informasi dan komunikasi, ruang kelas yang bisa dianggap sebagai suatu bentuk keterbatasan dapat hilang. Dengan hilangnya keterbatasan ruang, itu sudah berarti bahwa kita bisa belajar dimana saja dan kapan saja. Hal ini tentunya dapat membantu teman-teman kita, seluruh warga Indonesia untuk mendapatkan pendidikan.
Pendayagunaan teknologi informasi dan komunikasi di Indonesia oleh Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) secara umum sebenarnya telah dimulai pada tahun 1999, yaitu melalui program Jaringan Internet (Jarnet) yang selanjutnya secara berturut-turut dikembangkan program:[1]
1)   Jaringan Informasi Sekolah (JIS), 
2)   Wide Area Network (WAN) Kota, 
3)   Information and Communication Technology Center (ICT Center),
4)   Dan yang terakhir yang cukup santer didengar yaitu Jejaring Pendidikan Nasional (Jardiknas).
Walaupun langkah kita memang tertinggal oleh negara-negara tetangga seperti Malaysia, India, dan Singapura, namun langkah-langkah pemerintah dalam pemanfaatan teknologi informasi yang dilakukan secara bertahap ini patut diacungkan jempol. Belum lagi untuk tahapan kedepannya, pemerintah berencana untuk mengembangkan South East Asia Education Network (SEA EduNet), yaitu program untuk mengintegrasikan jejaring yang telah dibangun oleh negara-negara tetangga agar dapat melakukan sharing knowledge dengan lebih insentif.
Melihat langkah-langkah pemerintah, rasanya kita bisa merasa optimis terhadap pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dalam bidang pendidikan di negara kita. Apalagi untuk program telah berlangsung, yaitu Jardiknas, pada akhir tahun 2007 saja disebutkan bahwa telah terhubung 1.014 titik institusi dan 11.825 sekolah dengan Jardiknas. Namun, jika ditelaah kembali, itu saja belum cukup. Pemerintah baru saja membangun infrastukturnya. Masih banyak aspek lainnya yang apabila tidak ditangani secara serius, maka pemanfaatan teknologi ini tidak menghasilkan suatu kebermanfaatan. Memang pemerintah telah melakukan langkah yang tepat, yaitu dengan pembangunan infrastruktur, namun apabila berbicara mengenai pendidkan, tentu itu terkait dengan peserta ajar, pengajar, dan materi aja tentunya.
Jika menggunakan teknologi dalam kegiatan belajar-mengajarnya, sudah tentu ketiga komponen proses belajar mengajar yang telah saya sebutkan sebelumnya haruslah disesuaikan dengan teknologi tersebut. Analoginya begini apabila dalam suatu pertempuran, seluruh peralatan dengan teknologi yang luar biasa canggihnya telah disiapkan, namun apakah itu menjamin bahwa hal tersebut akan memenangkan pertempuran? Tentu tidak, bahkan bisa jadi kalah telak. Kenapa begitu? Ya tentu saja, karena semua pasukan tidak mengerti cara penggunaan senjata tersebut. Begitu juga dalam proses belajar mengajar. Secanggih atau sehebat apapun teknologi yang digunakan, apabila sumber daya manusianya tidak siap dengan teknologi itu sendiri, maka segala manfaat yang dijanjikan oleh teknologi hanya akan menghasilkan nol besar. Oleh karena itu, untuk mencapai kebermanfaatan yang maksimal dari teknologi, selain pembangunan infrastruktur dan berbagai teknologi yang diperlukan di dalamnya, pengolahan sumber daya manusia dalam pengetahuan teknologi juga merupakan hal yang harus secara serius diperhatikan.
Untuk masalah ini, penulis memang belum mendapatkan data seberapa banyak pelatihan yang dilakukan berbagai institusi untuk meningkatkan pengetahuan terhadap teknologi yang digunakan dalam dunia pendidikan. Namun dengan melihat beberapa spanduk acara atau informasi-informasi lainnya, rasanya usaha tersebut sudah cukup diperhatikan dengan adanya acara-acara pelatihan terhadap melek teknologi bagi para guru. Dengan adanya usaha dari pemerintah, dan usaha kita sebagai warga negara yang baik dalam mendukung pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi ini, semoga pemanfaatan teknologi tersebut dapat bermanfaat seoptimal mungkin di negara kita.
Selain itu, Pendidikan merupakan kunci utama pembangunan sebuah bangsa. Demikian pula dengan Indonesia. UUD 1945 juga mengamanatkan agar setiap warga negara mendapatkan pendidikan untuk meningkatkan kualitas dan kesejahteraan hidup. Sebagai negara kepulauan, pulau yang kita miliki lebih dari 17 ribu pula. Enam ribu di antaranya merupakan pulau berpenghuni. Penduduk total sudah lebih dari 220 juta orang yang meliputi area 5,2 juta kilometer persegi. Secara pemerintahan, negara ini terdiri atas 33 provinsi dan 441 kabupaten/kota yang jumlahnya masih memungkinkan terus berkembang. Sementara itu, jumlah kelurahan/desa mencapai 62.800. Dengan kondisi seperti itu, tentu bukan perkara mudah mengurusi masalah pendidikan.
Sebagai gambaran, jumlah sekolah yang kita miliki mendekati angka 300 ribu dengan jumlah siswa dari berbagai jenjang sudah melebihi angka 45 juta. Angka partisipasi tingkat SD di kota 97,1 persen dan desa 96,1 persen, tingkat SMP (89,6 persen dan 79,3 persen), serta jenjang SMA (66,8 persen dan 43 persen).
Dengan realita seperti itu, diperlukan sebuah terobosan baru untuk bisa mengatasi masalah tersebut. Bukan menghiperboliskan permasalahan. Tapi, taruhannya adalah masa depan kelanjutan perjalanan bangsa ini. Jika ingin bersaing dengan negara lain, tentu harus ada inovasi. Salah satunya, memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (TIK).[2]
Manfaat TIK dalam pendidikan adalah sebagai berikut:
a)        Memperluas kesempatan belajar.
b)        Meningkatkan efisiensi.
c)        Meningkatkan kualitas belajar.
d)       Meningkatkan kualitas mengajar.
e)        Memfasilitasi pembentukan keterampilan.
f)         Mendorong belajar sepanjang hayat.
g)        Meningkatkan perencanaan kebijakan manajemen.
h)        Mengurangi kesenjangan digital.
Salah satu yang dikembangkan Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) adalah program Jaringan Pendidikan Nasional (Jardiknas). Yaitu, sebuah jaringan TIK yang menghubungkan sekitar tiga ribu SMP, SMA, dan SMK di Indonesia. Program tersebut telah diluncurkan presiden dalam pertemuan SEAMEO. Menteri Pendidikan Nasional Bambang Sudibyo menjelaskan, Jardiknas sudah mencapai 33 provinsi dan 441 kabupaten/kota. Hingga kini, Jardiknas Indonesia mencakup empat lini. Yakni, perguruan tinggi (82 PT), kantor pendidikan (441 kantor Dinas Pendidikan kabupaten/kodya di 33 provinsi), sekolah (3.000 SMP, SMA, dan SMK), serta guru dan dosen.



B. Beberapa Program Pemanfaatan Teknologi Pendidikan di Indonesia.
Indonesia selalu berupaya untuk mendayagunakan Teknologi Pendidikan guna memajukan pendidikan bangsa ini. Berikut beberapa pemanfaatan Teknologi Pendidikan yang digunakan dalam pendidikan.[3]
1.    Buku elektronik atau e-book
adalah salah satu teknologi yang memanfaatkan komputer untuk menayangkan informasi multimedia dalam bentuk yang ringkas dan dinamis. Dalam sebuah e-book dapat diintegrasikan tayangan suara, grafik, gambar, animasi, maupun movie sehingga informasi yang disajikan lebih kaya dibandingkan dengan buku konvensional. Jenis e-book paling sederhana adalah yang sekedar memindahkan buku konvensional menjadi bentuk elektronik yang ditayangkan oleh komputer. Dengan teknologi ini, ratusan buku dapat disimpan dalam satu kepingCD atau compact disk (kapasitas sekitar 700MB), DVD atau digital versatile disk(kapasitas 4,7 sampai 8,5 GB) maupun flashdisk (saat ini kapasitas yang tersedia sampai 16 GB).
2. e-Learning
adalah pembelajaran melalui jasa elektronik. Meski beragam definisi namun pada dasarnya disetujui bahwa e-learning adalah pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi elektronik sebagai sarana penyajian dan distribusi informasi. Victoria L. Tinio, menyatakan bahwa e-learning meliputi pembelajaran pada semua tingkatan, formal maupun nonformal, yang menggunakan jaringan komputer (intranet maupun ekstranet) untuk pengantaran bahan ajar, interaksi, dan/atau fasilitasi. Cara ini memungkinkan pembelajar mengakses sumber belajar yang disediakan oleh narasumber atau fasilitator kapanpun dikehendaki. Bila diperlukan dapat pula disediakan mailing list khusus untuk situs pembelajaran tersebut yang berfungsi sebagai forum diskusi. Fasilitas e-learning yang lengkap disediakan oleh perangkat lunak khusus yang disebut perangkat lunak pengelola pembelajaran atau LMS (learning management system). LMS mutakhir berjalan berbasis teknologi internet sehingga dapat diakses dari manapun selama tersedia akses ke internet. Fasilitas yang disediakan meliputi pengelolaan siswa atau peserta didik, pengelolaan materi pembelajaran, pengelolaan proses pembelajaran termasuk pengelolaan evaluasi pembelajaran serta pengelolaan komunikasi antara pembelajar dengan fasilitator-fasilitatornya. Fasilitas ini memungkinkan kegiatan belajar dikelola tanpa adanya tatap muka langsung di antara pihak-pihak yang terlibat (administrator, fasilitator, peserta didik atau pembelajar).
Indonesia pun pernah menggunakan istilah telematika (telematics) untuk arti yang kurang lebih sama dengan TIK yang kita kenal saat ini.  Pengolahan informasi dan pendistribusiannya melalui jaringan telekomunikasi membuka banyak peluang untuk dimanfaatkan di berbagai bidang kehidupan manusia, termasuk salah satunya bidang pendidikan. Ide untuk menggunakan mesin-belajar, membuat simulasi proses-proses yang rumit, animasi proses-proses yang sulit dideskripsikan sangat menarik minat praktisi pembelajaran. Tambahan lagi, kemungkinan untuk melayani pembelajaran yang tak terkendala waktu dan tempat juga dapat difasilitasi oleh TIK. Sejalan dengan itu mulailah bermunculan berbagai jargon berawalan e, mulai dari e-booke-learninge-laboratorye-educatione-library, dan sebagainya. Awalan e bermakna electronics yang secara implisit dimaknai berdasar teknologi elektronika digital.[4]




BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pemanfaatan TIK dalam pembelajaran di Indonesia telah memiliki sejarah yang cukup panjang. Inisiatif menyelenggarakan siaran radio pendidikan dan televisi pendidikan merupakan upaya melakukan penyebaran informasi ke satuan-satuan pendidikan yang tersebar di seluruh nusantara. Hal ini adalah wujud dari kesadaran untuk mengoptimalkan pendayagunaan teknologi dalam membantu proses pembelajaran masyarakat.
Pendayagunaan Teknologi Pendidikan dalam bidang pendidikan bisa dimanfaatkan sebagai sarana pengajaran efektif yang menghubungkan guru dengan murid sekaligus menjadi sarana efektif untuk mengangkat potensi serta kreativitas siswa.
Di Indonesia, pendayagunaan teknologi informasi dan komunikasi dilakukan oleh Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) secara umum sebenarnya telah dimulai pada tahun 1999, yaitu melalui program Jaringan Internet (Jarnet) yang selanjutnya secara berturut-turut dikembangkan program Jaringan Informasi Sekolah (JIS), Wide Area Network (WAN) Kota, Information and Communication Technology Center(ICT Center), dan yang terakhir yang cukup santer didengar yaitu Jejaring Pendidikan Nasional (Jardiknas).
Pemerintah Indonesia juga berencana untuk mengembangkan South East Asia Education Network  (SEA EduNet), yaitu program untuk mengintegrasikan jejaring yang telah dibangun oleh negara-negara tetangga agar dapat melakukan sharing knowledge dengan lebih insentif.





DAFTAR PUSTAKA

Admin. 2010. Kontribusi teknologi Pendidikan. Avalaible from: http://ryusufhadi.net/wp-content/upload/2010. 
Admin. 2008. Khaerudin. Teknologi Pendidikan dalam Membangun Pendidikan. Avalaible from:  http://www.ilmu pendidikan.net/2008/05/12k.
Admin. 2010. Budi Hermana. Teknologi Informasi dan Komunikasi di Negara-Negara Asia. Avalaible from: http://bhermana.staff.gunadarma.ac.id
Admin. 2010. Budi Hermana. Teknologi Informasi dan Komunikasi di Negara-Negara Asia. Avalaible from: http://nustaffsite.gunadarma.ac.id/blog/bhermana




[1]Lihat, Admin. 2008. Khaerudin. Teknologi Pendidikan dalam Membangun Pendidikan. Avalaible from:  http://www.ilmu pendidikan.net/2008/05/12k.

[2]Lihat, Admin. 2008. Khaerudin. Teknologi Pendidikan dalam Membangun Pendidikan. Avalaible from:  http://www.ilmu pendidikan.net/2008/05/12k.

[3] Lihat, Admin. 2010. Budi Hermana. Teknologi Informasi dan Komunikasi di Negara-Negara Asia. Avalaible from: http://bhermana.staff.gunadarma.ac.id

[4]Lihat, Admin. 2010. Budi Hermana. Teknologi Informasi dan Komunikasi di Negara-Negara Asia. Avalaible from: http://nustaffsite.gunadarma.ac.id/blog/bhermana

0 komentar:

Posting Komentar