DINASTI ABBASIYAH
Diajukan sebagai salah satu tugas dalam Mata Kuliah
“SEJARAH PERKEMBANGAN PERADABAN ISLAM”
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTAN SYARIF KASIM
RIAU
BAB I
PENDAHULUAN
Latar belakang
Sebuah peradaban tidak
pernah lepas dari diterapkannya suatu nidzom/sistem/aturan
yang diterapkan oleh Negara. Demikian pula Islam. Islam sebagai suatu sistem
yang mengatur tidak hanya hubungan manusia dengan Tuhannya namun juga mengatur
hubungan manusia dengan dirinya juga dengan manusia lain[1].
Negara yang menerapkan sistem Islam ini kemudian dikenal sebagai Negara
Khilafah/Daulah Islam dengan kepala negaranya Khalifah.
Peradaban (Indonesia)
atau Civilization (Ing.) atau Hadloroh (Arab) adalah sekumpulan mafahim
(ide yang dianut dan mempunyai fakta) tentang kehidupan. Sedangkan madaniyah adalah
bentuk-bentuk fisik dari benda-benda yang terindra yang digunakan dalam
berbagai aspek kehidupan. Hadloroh bersifat khas, terkait dengan pandangan
hidup. Sementara madaniyah bisa berbentuk khas, bisa pula bersifat umum untuk
seluruh umat manusia.[2]
Bentuk-bentuk madaniyah yang dihasilkan dari hadloroh seperti
patung-patung, termasuk madaniyah
yang bersifat khas. Sedangkan bentuk-bentuk madaniyah yang menjadi produk
kemajuan sains dan perkembangan teknologi/Industry, tergolong madaniyah
yang bersifat umum, milik seluruh umat manusia. Bentuk madaniyah yang terakhir
ini bukan milik umat tertentu, akan tetapi bersifat universal seperti halnya
sains dan teknologi/industry.
Dalam sejarah hadloroh Islam yang pernah berkuasa di
dunia sejak abad VI hingga akhir abad XVIII M, kita dapati bahwa hadloroh yang
dibangun berdasar ruh ini telah berhasil meraih seluruh nilai-nilai dalam
kehidupan baik itu nilai material, spiritual, maupun kemanusiaan.
Berikut ini adalah sebagian dari penggalan sejarah
hadloroh Islam yaitu pada masa Daulah Abbasiyyah dengan kemajuan madaniyahnya
yang mengagumkan.
BAB II
PEMBAHASAN
DAULAH
ABBASIYYAH DI BAGHDAD (133 – 656 H/ 750 – 1258 M)
“Akan muncul
pada suatu zaman yang carut marut dan penuh dengan petaka, seorang penguasa
yang disebut As-Saffah. Dia suka memberi harta dengan jumlah yang sangat
banyak.” (H.R. Ahmad).
Kemunculannya
Gerakan Abbasiyah sudah berlangsung sejak masa
pemerintahan Umar bin Abdul Aziz, Khalifah kedelapan Daulah Umayyah[3].
Gerakannya begitu rapih dan tersembunyi sehingga tidak diketahui pihak Bani
Umayyah. Selain itu gerakan ini didukung oleh kalangan Syiah. Hal ini bisa
dimaklumi karena dalam melakukan aksinya, para aktivisnya membawa nama Bani
Hasyim, bukan Bani Abbas. Maka secara tidak langsung orang-orang Syiah merasa
disertakan dalam perjuangan mereka.
Gerakan Abbasiyah mulai muncul di daerah Hamimah
(Yordania), Kufah (Irak) dan Khurasan. Salah satu pendirinya adalah Muhammad
bin Ali bin Abdullah bin Abbas bin Abdul Muthalib. Setelah meninggal, anaknya
Ibrahim menggantikan posisinya.
Pada 125 H, saat pemerintahan Bani Umayyah tengah mengalami
masa kemunduran, gerakan Abbasiyah semakin gencar. Empat tahun kemudian,
Ibrahim bin Muhammad mendeklarasikan
gerakannya di Khurasan melalui panglimanya, Abu Muslim Al-Khurasani[4].
Namun, gerakan ini diketahui oleh Marwan bin Muhammad, Khalifah terakhir Bani
Umayyah. Ibrahim-pun ditangkap dan dipenjarakan.
Posisi Ibrahim digantikan saudaranya, Abdullah bin
Muhammad, yang lebih dikenal dengan Abu al-Abbas al-Saffah. Ia lahir pada 108
Hijriyah. Ada juga yang mengatakan 104 Hijriyah. Ibunya bernama Raithah
Al-Haritiyah. Karena tekanan dari pihak penguasa bersama rombongan, ia berangkat
ke Kufah secara sembunyi-sembunyi. Pada 3 Rabiul Awal 132 H, Abul Abbas
as-Saffah,
dibaiat sebagai khalifah pertama Bani Abbasiyah di Masjid Kufah[5].
Dinasti Abbasiyah didirikan pada tahun 132 H/750 M,
oleh Abul Abbas Ash-Shafah, dan
sekaligus sebagai khalifah pertama. Kekuasaan Dinasti Abbasiyah berlangsung
dalam rentang waktu yang panjang, yaitu selama lima abad dari tahun 132-656 H
(750 M-1258 M). Berdirinya pemerintahan ini dianggap sebagai kemenangan
pemikiran yang pernah dikumandangkan oleh Bani Hasyim (Alawiyun) setelah
meninggalnya Rasulullah dengan mengatakan bahwa yang berhak untuk berkuasa
adalah keturunan Rasulullah dan anak-anaknya.
Sebelum berdirinya Dinasti Abbasiyah terdapat tiga
poros utama
yang merupakan pusat kegiatan, antara satu dengan yang lain memiliki kedudukan
tersendiri dalam memainkan peranannya untuk, menegakkan kekuasaan keluarga
besar paman Rasulullah SAW,
Abbas bin
Abdul Muthalib. Dari nama Al-Abbas paman Rasulullah inilah nama ini disandarkan
pada tiga tempat pusat kegiatan, yaitu Humaimah,
Kufah, dan Khurasan. Humaimah merupakan tempat yang tenteram, bermukim di kota
itu keluarga Bani Hasyim, baik dari
kalangan pendukung Ali maupun pendukung keluarga Abbas. Kufah merupakan wilayah
yang penduduknya menganut aliran Syi'ah, pendukung
Ali bin Abi Thalib, yang selalu bergolak dan ditindas oleh Bani Umayyah.
Khurasan memiliki warga yang pemberani, kuat fisik, teguh pendirian, tidak
mudah terpengaruh nafsu dan tidak mudah bingung
terhadap kepercayaan yang menyimpang, di sanalah diharapkan dakwah kaum
Abbasiyah mendapat dukungan.
Di kota Humaimah bermukim keluarga Abbasiyah, salah
seorang pimpinannya bernama
Al-Imam Muhammad bin Ali yang merupakan peletak dasar-dasar bagi berdirinya
Dinasti Abbasiyah. Ia menyiapkan strategi perjuangan menegakkan kekuasaan atas
nama keluarga Rasulullah SAW.
Para penerang dakwah Abbasiyah berjumlah 150 orang di bawah para
pimpinannya yang berjumlah 12 orang dan puncak pimpinannya adalah Muhammad bin Ali.
Propaganda Abbasiyah dilaksanakan dengan strategi
yang cukup matang sebagai gerakan rahasia. Akan tetapi, Imam Ibrahim pemimpin Abbasiyah yang
berkeinginan mendirikan kekuasaan Abbasiyah, gerakannya diketahui oleh khalifah
Umayyah terakhir, Marwan bin Muhammad. Ibrahim akhirnya tertangkap oleh pasukan
Dinasti Umayyah dan
dipenjarakan di Haran sebelum akhirnya diekskusi.
Ia mewasiatkan kepada adiknya Abul Abbas untuk menggantikan kedudukannya ketika
tahu bahwa is akan terbunuh, dan memerintahkan untuk pindah ke Kufah. Sedangkan
pemimpin propaganda dibebankan kepada Abu Salamah. Segeralah Abul Abbas pindah dari Humaimah ke
Kufah diiringi oleh para pembesar Abbasiyah yang lain seperti Abu Ja'far, Isa
bin Musa, dan Abdullah bin
Ali.
Penguasa Umayyah di Kufah, Yazid bin Umar bin
Hubairah, (litaklukkan oleh Abbasiyah dan diusir ke Wasit. Abu Salamah selanjutnya berkemah di
Kufah yang telah ditaklukkan pada tahun 132 H. Abdullah bin Ali, salah seorang
paman Abul Abbas diperintahkan untuk
mengejar khalifah Umayyah terakhir, Marwan bin Muhammad bersama pasukannya yang
melarikan diri, di mana akhirnya dapat dipukul di dataran rendah Sungai Zab.
Pengejaran dilanjutkan ke Mausul, Harran dan menyeberangi sungai Eufrat sampai
ke Damaskus. Khalifah itu melarikan diri hingga ke Fustat di Mesir, dan
akhirnya terbunuh di Busir, wilayah Al-Fayyum, tahun 132 H/750 M di bawah
pimpinan Salih bin Ali, seorang paman Al-Abbas yang lain. Dengan demikian, maka
tumbanglah kekuasaan Dinasti Umayyah, dan berdirilah Dinasti Abbasiyah yang
dipimpin oleh khalifah pertamanya, yaitu Abul Abbas Ash-Shaffah dengan pusat
kekuasaan awalnya di Kufah.
Pemerintahan
Abul Abbas Ash-Shaffah
Bani Abbasiyah mewarisi imperium besar dari Bani
Umayyah. Mereka memungkinkan dapat mencapai hasil lebih banyak karena
landasannya telah dipersiapkan oleh Bani Umayyah yang besar, dan Abbasiyah yang
pertama memanfaatkannya. Penggantian Umayyah oleh Abbasiyah ini di dalam
kepemimpinan masyarakat Islam lebih dari sekadar penggantian dinasti. Ia
merupakan revolusi dalam sejarah Islam, suatu titik balik yang sama pentingnya
dengan revolusi Prancis, dan revolusi Rusia di dalam sejarah Barat.
Seluruh anggota keluarga Abbas dan pimpinan umat
Islam menyatakan setia kepada Abul Abbas Ash-Shaffah sebagai khalifah mereka.
Ash-Shaffah kemudian pindah ke Ambar, sebelah barat sungai Eufrat dekat
Baghdad. Ia menggunakan sebagian besar dari masa pemerintahannya untuk
memerangi para pemimpin Arab yang kedapatan membantu Bani Umayyah. Ia mengusir
mereka kecuali Abdurahman, yang tidak lama kemudian mendirikan Dinasti Umayyah
di Spanyol. Ash-Shaffah juga memutuskan untuk menghabisi nyawa beberapa orang
pembantu Bani Umayyah.
Kekhalifahan Ash-Shaffah hanya bertahan selama 4
tahun, sembilan bulan. Ia wafat pada tahun 136 H di Abar, satu kota yang telah dijadikannya
sebagai tempat kedudukan pemerintahan. Ia
berumur tidak lebih dari 33 tahun. Bahkan ada yang mengatakan umur Ash-Shaffah
ketika meninggal dunia adalah 29 tahun.
Selama Dinasti Abbasiyah berkuasa, pola pemerintahan
yang diterapkan berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik, sosial, dan
budaya. Berdasarkan perubahan pola pemerintahan dan politik itu, para sejarawan
biasanya membagi masa pemerintahan Bani Abbasiyah dalam empat periode berikut.
1.
Masa
Abbasiyah I, yaitu semenjak lahirnya daulah Abbasiyah tahun 132 H (750 M)
sampai meninggalnya Khalifah Al-Watsiq 232 H (847 M).
2.
Masa
Abbasiyah II, yaitu mulai khalifah Al-Mutawakkil pada tahun 232 H (847 M)
sampai berdirinya daulah Buwaihiyah di Baghdad pada tahun 334 H (946 M).
3.
Masa
Abbasiyah III, yaitu dari berdirinya daulah Buwaihiyah tahun 334 H (946 M)
sampai masuknya kaum Saljuk ke Baghdad tahun 447 H (1055 M).
4.
Masa
Abbasiyah IV, yaitu masuknya orang-orang Saljuk ke Baghdad tahun 447 H (1055 M)
sampai jatuhnya Baghdad ke tangan bangsa Mongol di bawah pimpinan Hulagu Khan
pada tahun 656 H (1258 M).
Para
Khalifah Dinasti Abbasiyah
Sebelum Abul Abbas Ash-Shaffah meninggal, ia sudah
mewasiatkan siapa penggantinya, yakni saudaranya, Abu Ja'far, kemudian Isa bin
Musa, keponakannya. Sistem pengumuman putra mahkota itu mengikuti cara Dinasti
Bani Umayyah. Dan satu hal yang baru
lagi bagi para khalifah Abbasiyah, yaitu pemakaian gelar. Abu Ja'far misalnya,
ia memakai gelar Al-Manshur. Para khlifah Bani Abbasiyah berjumlah 37 khalifah,
mereka adalah:
|
749-754 M
754-775 M
775-785 M
785-786 M
786-809 M
809-813 M
813-833 M
833-842 M
842-847 M
847-861 M
861-862 M
862-866 M
866-869 M
869-870 M
870-892 M
892-902 M
902-905 M
905-932 M
932-934 M
934-940 M
940-944 M
944-946 M
946-974 M
974-991 M
991-1031 M
1031-1075 M
1075-1094 M
1094-1118 M
1118-1135 M
1135-1136 M
1136-1160 M
1160-1170 M
1170-1180 M
1180-1225 M
1225-1226 M
1226-1242 M
1242-1258 M
|
Pada masa bangsa Mongol dapat menaklukkan Baghdad
tahun 656 H/1258 M, ada
seorang pangeran keturunan Abbasiyah yang lolos dari pembunuhan dan meneruskan
kekhalifahan dengan gelar khalifahyang hanya berkuasa di bidang keagamaan di
bawah kekuasaan kaum Mamluk di Kairo, Mesir tanpa kekuasaan duniawi yang
bergelar Sultan. Jabatan khalifah yang disandang oleh keturunan Abbasiyah di
Mesir berakhir dengan diambilnya jabatan itu oleh Sultan Salim I dari Turki
Usmani ketika menguasai Mesir pada tahun 1517 M. Dengan demikian, hilanglah
kekhalifahan Abbasiyah untuk selama-lamanya.
Para
khalifah Bani Abbasiyah yang ada di Mesir adalah sebagai berikut.
1.
Al-Muntashir
2.
Al-Hakim I
3.
Al-Mustakfi
4.
Al-Wasiq
5.
Al-Hakim II
6.
Al-MutadidI
7.
Al-Mutawakkil
I
8.
Mu'tashim
9.
Al-Mutawakkil
I
10. Al-Watsiq
II
11. Al-Mu'tashim
12. Al-Mutawakkil
I
13. Al-Musta'in
14. Al-Mu'tadid
15. Al-Mustakfi
II
16. Al-Qaim
17. Al-Mustanjid
18. Al-Mutawakkil
II
19. Al-Mustamsik
20. Al-Mutawakkil
III
21. Al-Mustamsik
22. Al-Mutawakkil
III
|
1261-1261
M
1261-1302
M
1302-1340
M
1340-1341
M
1341-1352
M
1352-1362
M
1362-1377
M
1377-1377
M
1377-1383
M
1383-1386
M
1386-1389
M
1389-1406
M
1406-1414
M
1414-1441
M
1441-1451
M
1451-1455
M
1455-1479
M
1479-1497
M
1497-1508
M
1508-1516
M
1516-1517
M
1517-1517
M[6]
|
Membangun
Imperium
Abu Ja’far Al-Manshur
adalah khalifah kedua setelah Abul Abbas as-Saffah. Beliau mencurahkan pemerintahannya
pada pengembangan kebudayaan dan peradaban Islam. Ia adalah orang yang sangat
mencintai ilmu pengetahuan, sehingga memberikan dorongan dan kesempatan yang
luas bagi cendekiawan untuk mengembangkan riset ilmu pengetahuan, Penerjamahan
buku-buku Romawi ke dalam bahsa Arab, yang menjadi bahasa Internasional saat
itu dilakukan secara khusus dan professional. Ilmu Falak (Astronomi) dan
filsafat mulai digali dan dikembangkan.
Daulah Abbasiyyah memilki wilayah kekuasaan yang
luas, membentang dari Afrika Utara sampai Hindu Kush India. Kekuatan militer yang dimilikinya juga sangat luar
biasa.
Suasana Negara yang aman dan damai, membuat rakyat
menjadi tentram. Bahkan pada masa pemerintahan Khalifah Harun al-Rasyid sangat
sulit mencari orang yang akan diberikan zakat, infaq, serta shadaqoh, karena
tingkat kemakmuran penduduknya telah mencapai tingkat diatas garis kemiskinan.
Setiap orang merasa aman untuk keluar malam hari, karena tingkat kejahatan
yang minim. Masjid-masjid, perguruan tinggi, madrasah-madrasah, rumah sakit,
dan sarana kepentingan umum lainnya banyak dibangun pada masa ini. Termasuk
saluran air di Tanah Suci yang terkenal dengan nama Terusan Zubaidah.
Dan mencapai puncak kejayaannya pada masa
pemerintahannya. Pada masa itu, Baghdad menjadi mercusuar kota impian 1001
malam yang tidak ada bandingannya di dunia pada abad pertengahan.
Bahasa Arab ketika itu merupakan bahasa resmi
Negara dan bahasa pengantar di sekolah-sekolah, perguruan tinggi, dan bahkan
menjadi alat komunikasi umum. Karena itu, dianggap tepat bila semua pengetahuan
yang termuat dalam bahasa asing itu segera diterjemahkan ke dalam bahasa Arab.
Sepeninggal Harun al-Rasyid, putra
termuda Khalifah, Shalih bin Harun mengirimkan Al-Khatim (stempel
kebesaran) dan Al-Gadhib (tongkat kebesaran) serta Al-Burdah (jubah kebesaran) pada saudara
tertuanya Muhammad bin Harun yang saat itu menjabat sebagai gubernur Baghdad.
Abdullah al-Makmun bin Harun al-Rasyid mulai
memerintah pada 198-218 H/813-833 M. Ia adalah khalifah ketujuh Bani Abbasiyyah
yang melanjutkan kepemimpinan saudaranya, al-Amin.
Untuk mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan saat
itu, khalifah Al-Makmun memperluas Bait
al-Hikmah (Dar al-Hikmah) yang telah didirikan ayahnya Harun al-Rasyid,
sebagai akademi ilmu pengetahuan pertama di dunia. Baitul Hikmah diperluas
menjadi perguruan tinggi, perpustakaan dan tempat penelitian. Lembaga ini
memiliki ribuan buku ilmu pengetahuan.[7]
Lembaga lain yang didirikan pada
masa Al-Makmun adalah majelis
Al-Munazharah sebagai lembaga
pengkajian keagaamaan yang diselenggarakan di rumah-rumah, masjid-masjid,
dan istana khalifah. Lembaga ini menjadi tanda kekuatan penuh kebangkitan
Timur, di mana
Baghdad mulai menjadi pusat kebudayaan ilmu pengetahuan dan puncak keemasan
Islam.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Gerakan Abbasiyah sudah berlangsung sejak masa
pemerintahan Umar bin Abdul Aziz, Khalifah kedelapan Daulah Umayyah. Gerakan Abbasiyah mulai
muncul di daerah Hamimah (Yordania), Kufah (Irak) dan Khurasan. Salah satu
pendirinya adalah Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Abbas bin Abdul Muthalib.
Setelah meninggal, anaknya Ibrahim menggantikan posisinya.
Bani Abbasiyah mewarisi imperium besar dari Bani
Umayyah. Mereka memungkinkan dapat mencapai hasil lebih banyak karena
landasannya telah dipersiapkan oleh Bani Umayyah yang besar, dan Abbasiyah yang
pertama memanfaatkannya.
Selama Dinasti Abbasiyah berkuasa, pola pemerintahan
yang diterapkan berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik, sosial, dan
budaya. Para khlifah Bani Abbasiyah berjumlah 37 khalifah. Daulah
Abbasiyyah memilki wilayah kekuasaan yang luas, membentang dari Afrika Utara
sampai Hindu Kush India. Kekuatan militer yang dimilikinya juga sangat luar
biasa.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Nabhani,
Nidzom al- Islam Bogor: Pustaka Thariqul
`Izzah, 2001
PSI
UII, Pemikiran dan Peradaban Islam, Yogyakarta:
Safiria Insania Press, 2007
Musyrifah
Sunanto, Sejarah Islam Klasik,
Jakarta: Prenada
Media, 2004
Samsul
Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Amzah, 2010
[1] Al-Nabhani, Nidzom al- Islam (Bogor:Pustaka Thariqul `Izzah, 2001) h. 69
[3] PSI UII, Pemikiran dan Peradaban Islam, (Yogyakarta:
Safiria Insania Press, 2007), h. 23
[4] Abu Muslim Al
Khurasani adalah panglima yang sangat berjasa dalam membantu pendirian Dinasti
Abbasiyah. beliau adalah tokoh Khurasan yang disegani, dihormati serta banyak
yang menjadi pengikuttnya
[7] Musyrifah
Sunanto, op.cit.,h.79
As claimed by Stanford Medical, It's indeed the one and ONLY reason women in this country get to live 10 years more and weigh 19 KG less than we do.
BalasHapus(By the way, it has totally NOTHING to do with genetics or some secret exercise and EVERYTHING to related to "how" they are eating.)
P.S, I said "HOW", not "WHAT"...
CLICK this link to see if this easy test can help you release your real weight loss possibilities