METODE DRILL

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, mengimani, bertakwa berahlak mulia, mengamalkan ajaran Agama Islam dari sumber utamanya kitab suci al-Qur’an dan al-Hadis, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran latihan, serta penggunaan pengalaman.[1] Metode mengajar dapat juga diartikan sebagai suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang dipergunakan oleh seorang guru. Selain itu bisa juga disebut sebagai teknik penyajian yang dikuasai guru untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada peserta didik di dalam kelas. Proses belajar mengajar merupakan interaksi yang dilakukan antara guru dan peserta didik dalam suatu pengajaran untuk mewujudkan tujuan yang ditetapkan. Berbagai pendekatan yang dipergunakan dalam pembelajaran agama Islam harus dijabarkan kedalam metode pembelajaran yang bersifat procedural.[2] Tugas utama guru salah satunya adalah mendidik dan membimbing peserta didik untuk belajar serta mengembangkan potensi dirinya. Di dalam melaksanakan tugasnya, guru hendaknya dapat membantu siswa dalam memberikan pengalaman-pengalaman lain untuk membentuk kehidupan sebagai individu yang dapat hidup mandiri di tengah-tengah masyarakat. Sehungga peserta didik mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya, baik lingkungan sekolah maupun di luar sekolah, diantaranya yaitu memberi bekal kepada peserta didik untuk bisa membaca al-Qur’an dengan baik dan benar. Kemampuan membaca al-Qur’an ini tidak hanya untuk di dunia saja, tetapi juga untuk bekal di akhirat kelak. Keberhasilan guru dalam melaksanakan tugas pembelajaran sangat ditentukan oleh pemahamannya terhadap komponen-komponen mengajar dan kemampuan menerapkan atau mengatur sejumlah komponen pembelajaran secara efektiv. Guru sebagai salah satu sumber belajar berkewajiban menyediakan lingkungan belajar yang kreatif bagi kegiatan belajar peserta didik di kelas. Salah satu kegiatan yang harus guru lakukan adalah melakukan pemilihan dan penentuan metode yang bagaimana yang akan dipilih untuk muncapai tujuan pengajaran. Penentuan dan pemilihan metode ini didasari adanya metode-metode tertentu yang tidak bisa dipakai untuk mencapai tujuan tertentu.
Metode mengajar yang guru gunakan dalam setiap kali pertemuan kelas bukanlah asal pakai, tetapi setelah melalui seleksi yang kesesuaian dengan perumusan tujuan intruksional khusus. Dalam penggunaan metode terkadang harus menyesuaikan dengan kondisi dan suasana kelas. Jumlah peserta didik mempengaruhi metode. Penggunaan metode yang tidak sesuai dengan tujuan pengajaran akan menjadi kendala dalam pencapaian tujuan yang telah dirumuskan. Penggunaan metode dapat menunjang pencapaian tujuan pengajaran, bukannya tujuan yang harus menyesuaikan dengan metode. Cukup banyak bahan pelajaran yang terbuamg sia-sia hanya karena penggunaan metode yang kurang tepat, yaitu hanya menurut kehendak guru sendiri dan mangabaikan kebutuhan peserta didik. Bahan pelajaran yang disampaikan tanpa memperhatikan pemakaian metode akan mempersulit guru dalam mencapai tujuan pengajaran. Metode merupakan suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode diperlukan oleh guru dan pengguanannya bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setelah pengajaran berakhir. Seorang guru tidak dapat melaksanakan tugasnya bila ia tidak menguasai satupun metode mengajar. Metode drill atau biasa disebut dengan metode latihan merupkan suatu cara mengajar yang baik untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu. Juga sebagai sarana untuk memelihara kebiasaan-kebiasaan yang baik.[3] Metode ini

BAB II
METODE DRILL
1. Pengertian Metode Drill
Landasan metode drill terdapat dalam sebuah hadis yang: Artinya: Sesungguhnya Nabi Muhammad Saw, ketika bersabda,mengulangi kalimatnya tiga kali, sehingga mereka (sahabat) paham. Metode drill berasal dari dua kata, yaitu metode dan drill. Metode Secara etimologis (bahasa) metode berasal dari bahasa Yunani, yaitu Methodos. Kata ini terdiri dari dua suku kata, yaitu metha yang beratimelalui atau melewati, dan hodos yang berarti jalan atau cara. Maka metode memiliki arti suatu jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan. sedangkan bila ditinjau dari segi terminologis (istilah), metode dapat dimaknai sebagai jalan yang ditempuh oleh seseoarang supaya sampai pada tujuan tertentu, baik dalam lingkungan atau periagaan maupun dalam kaitan ilmu pengetahuan dan lainnnya[4].
Metode dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah thariqah yang berarti langkah-langkah strategis yang dipersiapkan untuk melakukan suatu pekerjaan. Apabila dihubungkan dengan pendidikan, maka metode itu harus diwujudkan dalam proses pendidikan, dalam rangka mengembangkan sikap mental dan kepribadian agar peserta didik menerima pelajaran dengan mudah, efektif dan dapat dicerna dengan baik. Selain itu ada pula yang mengatakan bahwa metode adalah suatu sarana untuk menemukan, menguji, dan menyusun data yang diperlukan bagi pengembangan disiplin ilmu.
Sedangkan drill berarti latihan, metode drill adalah metode mengajar dimana guru memberikan kesempatan sebanyak-banyaknya kepada peserta didik untuk berlatih ketrampilan[5].  Menurut Drs. Syaiful Bahri Djamarah dan Drs. Aswan Zain dalam buku yang berjudul Strategi Belajar Menagajar menjelaskan bahwa metode latihan merupkan suatu cara mengajar yang baik untuk menanamkan kebiasaan -kebiasaan tertentu. Juga sebagai sarana untuk memelihara kebiasaan-kebiasaan yang baik.4 Metode drill biasa disebut dengan latihan, namun istilah latihan sering disamakan artinya dengan istilah ulangan. Padahal maksudnya berbeda, latihan bermaksud agar pengetahuan dan kecakapan tertentu dapat menjadi milik peserta didik dan dikusai sepenuhnya, sedangkan ulangan hanyalah untuk sekedar mengukur sejauhmana peserta didik telah menyerap pelajaran tersebut[6]. Dari beberapa pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa metode drill adalah suatu cara menyajikan bahan pelajaran dengan jalan melatih siswa agar menguasai pelajaran dan terampil. Atau bisa juga diartikan bahwa metode drill atau biasa disebut dengan metode latihan adalah suatu cara pembelajaran yang lebih mengutamakan suatu ktrampilan, dalam penelitian ini yang dimaksud dengan ktrampilan adalah kemempuan peserta didik dalam membaca al-Qur’an Dari segi pelaksanaanya siswa terlebih dahulu telah dibekali dengan pengetahuan secara teori secukupnya, kemudian dengan tetap dibimbing oleh guru, siswa disuruh mempraktikkannya sehingga menjadi mahir dan terampil.
2. Tujuan Metode Drill
Tujuan metode drill adalah untuk memperoleh suatu ketangkasan, ketrampilan, tentang sesuatu yang dipelajari anak dengan melakukannya secara praktis pengetahuan-pengetahuan yang dipelajari anak itu. Dan siap dipergunakan bila sewaktu-waktu diperlukan.6 Strategi belajar mengajar teknik metode drill biasanya dipegunakan untuk tujuan agar siswa[7]:
 a. Memiliki ktampilan motoris atau gerak, seperti menghafal kata-kata, menulis, mempergunakan alat atau membuat suatu benda, melaksanakan gerak dalam olah raga
b. Mengembangkan kecakapan intelek, seperti mengalikan, membagi, menjumlahkan, mengurangi, menarik akar dalam hitungan mencongak, mengenal benda, atau bentuk dalam pelajaran matematika, ilmu pasti, ilmu kimia, tanda baca dan sebagainya
c. Memiliki kemampuan menghubungkan antara sesuatu keadaan dengan hal lain, seperti sebab akibat banjir-hujan, penggunaan lambang atau simbol di dalam peta dan lain-lain
Dari keterangan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan dari metode drill adalah untuk melatih kecakapan-kecakapan motoris dan mental untuk memperkuat asosiasi yang dibuat.
 3. Macam-Macam Metode Drill
Bentuk- bentuk Metode Drill dapat direalisasikan dalam berbagai bentuk teknik, yaitu sebagai berikut
a. Teknik Inquiry (kerja kelompok)
Teknik ini dilakukan dengan cara mengajar sekelompok anak didik untuk bekerja sama dan memecahakan masalah dengan cara mengerjakan tugas yang diberikan.
b. Teknik Discovery (penemuan)
Dilakukan dengan melibatkan anak didik dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat, diskusi.
c. Teknik Micro Teaching
Digunakan untuk mempersiapkan diri anak didik sebagai calon guru untuk menghadapi pekerjaan mengajar di depan kelas dengan memperoleh nilai tambah atau pengetahuan, kecakapan dan sikap sebagai guru.
d. Teknik Modul Belajar
Digunakan dengan cara mengajar anak didik melalui paket belajar berdasarkan performan (kompetensi).
e. Teknik Belajar Mandiri
Dilakukan dengan cara menyuruh anak didik agar belajar sendiri, baik di dalam kelas maupun di luar kelas

4. Kelebihan dan Kelemahan Metode Drill
Sebagai suatu metode yang diakui banyak mempunai kelebihan, juga tidak dapat disangkal bahwa metode ini juga mempunyai beberapa kelemahan. Diantara kelebihan metode drill yaitu:
a. Peserta didik memperoleh kecakapan motoris, contohnya menulis, melafalkan huruf, membuat dan menggunakan alat-alat.
b. peserta didik memperoleh kecakapan mental, contohnya dalam perkalian, penjumlahan, pengurangan, pembagian, tanda-tanda/simbol, dan sebagainya.
c. Dapat membentuk kebiasaan dan menambah ketepatan dan kecepatan pelaksanaan.
d. Peserta didik memperoleh ketangkasan dan ketrampilan dalam melakukan sesuatu sesuai dengan yang dipelajarinya  
e. Dapat menimbulkan rasa percaya diri bahwa peserta didik yang berhasil dalam belajar telah memiliki suatu keterampilan khusus yang berguna  kelak dikemudian hari.
f. Guru lebih mudah mengontrol dan membedakan mana peserta didik yang disiplin dalam belajarnya dan mana yang kurang dengan memperhatikan tindakandan perbuatan peserta didik saat berlangsungnya pengajaran.

5. Sedangkan kelemahan metode drill diantaranya yaitu:
a. Menghambat bakat dan inisiatif anak didik karena anak didik lebih banyak dibawa kepada penyesuaian dan diarahkan kepada jauh dari pengertian.
b. Dapat menimbulkan verbalisme, terutama pengajaran yang bersifat menghapal. Dimana peserta didik dilatih untuk dapat menguasai bahan pelajaran secara hapalan dan secara otomatis mengingatkannya bila ada pertanyaan yang berkenaan dengan hapalan tersebut tanpa suatu proses berfikir secara logis.
c. Membentuk kebiasaan yang kaku, artinya seolah-olah peserta didik melakukan sesuatu secara mekanis, dalam dalam memberikan stimulus peserta didik bertindak secara otomatis.
d. Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan, dimana peserta didik menyelesaikan tugas secara statis sesuai dengan apa yang diinginkan oleh guru[8]
Tidak jauh beda dengan kelebihan dan kelemahan metode drill yang penuli juga menemukan kelebihan dan kelemahanm menurut Drs. Syaiful Bahri Djamarah dan Drs. Aswan Zain dalam buku yang berjudul Strategi Belajar Menagajar juga menyebutkan beberapa kelebihan dan kelemahan metode latihan. Diantara kelebihannya yaitu:
a. Untuk memperoleh kecakapan motoris
b. Untuk memperoleh kecakapan mental
c. Untuk memperoleh kecakapan dalam bentuk asosiasi yang dibuat
d. Pembentukan kebiasaan yang dilakukan dan menambah ketepatan serta kecepatan pelaksanaan
e. Pemanfaatan kebiasaan-kebiasaan yang tidak memerlukan konsentrasi dalam pelaksanaannya
f. Pembentukan kebiasaan-kebiasaan membuat gerakan-gerakan yang kompleks

6. Sedangkan kelemahannya yaitu:
a. Menghambat bakat dan inisiatif siswa, karena siswa lebih banyak dibawa kepada penyesuaian dan diarahkan jauh dari pengertian
b. Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan 
c. Kadang-kadang latihan yang dilaksanakan secara berulang-ulang merupakan hal yang monoton, mudah membosankan
d. Membentuk kebiasaan yang kaku, karena bersifat otomatis
e. Dapat menimbulkan verbalisme

Dengan melihat kelebihan dan kekurangan metode drill di atas menjelaskan bahwa dalam proses belajar mengajar memang tidak ada satu pun metode yang baik dan sempurna, untuk dapat menggunakan metode dengan baik maka guru harus mengkombinasikan metode yang satu dengan metode yang lainnya.

7. Cara Memaksimalkan Penggunaan Metode Drill
Tidak ada penggunaan satu metode yang baik untuk digunakan dalam pembelajaran, karena masing-masing metode selain memiliki kelebihan juga memiliki kelemahan, begitu juga dengan metode drill. Tetapi ada beberapa cara untuk mengatasi kelemahan metode drill, diantaranya yaitu:
a. Metode ini hendaknya digunakan untuk melatih hal-hal yang bersifat motorik, seperti menulis, permainan, pembuatan grafik, kesenian dsb.
b. Sebelum latihan dimulai, pelajar hendaknya diberi pengertian yang mendalam tentang apa yang akan dilatih dan kompetensi apa saja yang harus dikuasai.
c. Latihan untuk pertama kalinya hendaknya bersifat diagnosis. Kalau pada latihan pertama, pelajar tidak berhasil, maka guru harus mengadakan perbaikan, lalu penyempurnaan.
d. Latihan harus menarik minat dan menyenangkan serta menjauhkan dari[9] hal-hal yang bersifat keterpaksaan.
e. Sifat latihan, yang pertama bersifat ketepatan kemudian kecepatan, yang keduanya harus dimiliki oleh peserta didik
.
8. Prinsip-prinsip Penggunaan Metode Drill
Metode latihan pada umumnya digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan atau ketrampilan dari apa yang telah dipelajari. Mengingat latihan ini kurang mengembangkan bakat/ inisiatif siswa untuk berpikir, maka hendaknya memperhatikan tingkat kewajaran dari metode ini.
 a. Latihan, wajar dilakukan untuk hal-hal yang bersifat motorik, seperti menulis, permainan, pembuatan, dan lain-lain
b. Untuk melatih kecakapan mental, misalnya perhitungan penggunaan rumus-rumus
c. Untuk melatih hubungan, tanggapan, seperti penggunaan bahasa, grafik, simbul peta, dan lain-lain Prinsip penggunaan metode latihan adalah sebagai berikut[10]:
a. Peserta didik diberi pengertian secukupnya sebelu mereka melaksanakan latihan. Jadi dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) materi membaca al-Qur’an guru tidak boleh monoton menggunakan metode drill saja, tetapi guru harus menggunakan metode yang lain, seperti metode ceramah. Metode ceramah ini digunakan untuk memberi pengarahan atau pengertian kepada peserta didik sebelum mereka melaksanakan latihan yang diberikan oleh guru. 
b. Latihan dilaksanakan secara terus menerus, sehingga menjadi kebiasaan. Dalam metode drill peserta didik tidak dituntut untuk latihan dalam waktu yang lama, tetapi peserta didik dianjurkan untuk latihan yang terus menerus sehingga bisa menjadi kebiasaan.
c. Disesuaikan dengan taraf perkembangan peserta didik. Setiap peserta didik mempunyai taraf perkembangan yang berbeda-beda, jadi guru tidak boleh memaksakan kehendaknya sendiri, melainkan harus memperhatikan keadaan peserta didiknya.
d. Latihan dimulai dari materi yang mudah sampai materi yang sulit. Untuk memperlancar atau mencapai tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) guru harus menggunakan beberapa strategi, diantaranya yaitu memberikan materi yang mudah terlebih dahulu kemudian materi yang sulit.
e. Sesuai dengan materi pembelajaran. Guru merupakan salah satu fasilitator yang paling dominan dalam proses pembelajaran. Namun demikian guru tidak boleh sembarangan menyuruh peserta didik untuk melakkan suatu latihan, tetapi guru harus menyesuaikan latihan dengan materi yang sesuai.[11]

9. Langkah-langkah Metode Drill
Agar metode drill dapat efektiv dan berpengaruh positif terhadap pembelajaran al_Qur’an, guru hendaknyamemperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Metode drill diberikan hanya pada bahan atau tindakan yang bersifat otomatis
b. Sebelum latihan dimulai, siswa hendaknya diberi pengertian yang mendala tentang apa yang akan dilatih dan kompetensi apa yang harus dikuasai
c. Latihan untuk pertama kalinya hendaknya bersifat diagnosis, kalau pada latihan pertama, pelajar tidak berhasil, maka guru mengadakan perbaikan, lalu penyempurnaan
d. Latihan tidak perlu lama asal sering dilaksanakan, ingathukum joss, 5 x 2 lebih baik dari 2 X 5, artinya 5 kali latihan dua jam lebih baik dari 2 kali tapi 5 jam. Peserta didik harus mengetahui bahwa latihan itu mempunyai nilai guna dalam hidupnya
e. Sifat latihan, yang pertama harus bersifat ketetapan yang kemudian kecepatan dan akhirnya kedua-duanya dimiliki peserta didik.[12]









BAB III
KESIMPULAN
Metode dapat dimaknai sebagai jalan yang ditempuh oleh seseoarang supaya sampai pada tujuan tertentu, baik dalam lingkungan atau periagaan maupun dalam kaitan ilmu pengetahuan dan lainnnya. Menurut Drs. Syaiful Bahri Djamarah dan Drs. Aswan Zain dalam buku yang berjudul Strategi Belajar Menagajar menjelaskan bahwa metode latihan merupkan suatu cara mengajar yang baik untuk menanamkan kebiasaan -kebiasaan tertentu. Juga sebagai sarana untuk memelihara kebiasaan-kebiasaan yang baik. Strategi belajar mengajar teknik metode drill biasanya dipegunakan untuk tujuan agar siswa[13]:
 a. Memiliki ktampilan motoris atau gerak, seperti menghafal kata-kata, menulis, mempergunakan alat atau membuat suatu benda, melaksanakan gerak dalam olah raga
b. Mengembangkan kecakapan intelek, seperti mengalikan, membagi, menjumlahkan, mengurangi, menarik akar dalam hitungan mencongak, mengenal benda, atau bentuk dalam pelajaran matematika, ilmu pasti, ilmu kimia, tanda baca dan sebagainya
c. Memiliki kemampuan menghubungkan antara sesuatu keadaan dengan hal lain, seperti sebab akibat banjir-hujan, penggunaan lambang atau simbol di dalam peta dan lain-lain
Dari keterangan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan dari metode drill adalah untuk melatih kecakapan-kecakapan motoris dan mental untuk memperkuat asosiasi yang dibuat.





DAFTAR PUSTAKA

Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: kalam Mulia, 2005),
Ahmad Lutfi, Pembelajaran Al-Qur’an dan Hadis, Jakarta, Depag RI, 2009
Al-Imam Abu Abdullah Muhammad bin Ismail Al-Bukhari, Shahih Bukhari, Semarang, Thaha Putra2008
Anissatul Mufarrokah, Strategi Belajar Mengajar, Cet. 1, Yogyakarta, Teras, 2009 
B Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar, Jakarta, Rieneka Cipta, 1997 
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, 1993 
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam , Cet. 10, Jakarta, PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 2002
Em Zul Fajri, Ratu Aprilia Senja, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Cet. III,
Semarang, Aneka Ilmu, 2008
Halmar, Mustopa, Strategi Belajar Mengajar, Semarang, Unissula Press, 2008
Ismail, Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam berbasis Paikem, Cet. K4,
Semarang, Rasail Media Group, 2009
Lexy j. Moleong, Prof, Dr, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung, PT Remaja
Rosdakarya, 2007
Manna Khalil al-Qattan, Studi ilmu-ilmu Qur’an, terj. Mudzakir AS., Jakarta, Pustaka
Litera Antar Nusa, 2001
Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, Jakarta, PT. Bumi Aksara, 1995













[1] . Abdul majid, Perencanaan Pembelajaran, Cet. V, Remaja Rosda Karya, Bandung, 2008, hlm. 135
[2] . Drs. Syaiful Bahri Djamarah, Drs. Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta; PT.
Rineka Cipta, 2002), hlm. 19


[3] . Ibid., hlm. 108
[4] . Ismail, Strategi Pembelajaran Agama Islam berbasis PAIKEM, (Semarang: RaSAIL, 2008),h,72
[5] . Prof. DR. H. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Cet. VI, (Jakarta: Kalam Mulia, 2008), hlm.184
[6] . Mustopa Halmar, Strategi Belajar Mengajar, (Semarang: Unissula Press, 2008), hlm. 73
[7] . Pasaribu, IL dan B. Simandjuntak, Ditaktik dan Metodik, (Bandung: tarsito, 1986) hlm. 112


[8] . Roestiyah NK., Strategi Belajar Mengajar, (jakarta; Bina Aksara, 1985), hlm. 125
[9] . Drs. Syaiful Bahri Djamarah, Drs. Aswan Zain, Op. Cit., hlm. 108
[10] . Drs. Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung; Sinar Baru algensindo Offset, 2010), hlm. 87

[11] . Mustopa Halmar, opcit., hlm. 74
[12] . Drs. Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung; Sinar Baru algensindo Offset, 2010), hlm. 74
[13] . Pasaribu, IL dan B. Simandjuntak, Ditaktik dan Metodik, (Bandung: tarsito, 1986) hlm. 112


PEMBELAJARAN TEMATIK

BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang

Mendiskusikan dunia pendidikan secara terus menerus meski banyak menguras energi dan pikiran tentunya tidak menjadikan lelah bahkan kebosanan bagi pecinta pendidikan, justru mampu memberikan sensasi tersendiri untuk melalukakn penggalian lebih dalam. Karena sejalan dengan perkembangan jaman, pendidikan terus menyesuaikan dirinya  menuju pada pendidikan yang berkontribusi terhadap sumber daya manusia berkualitas tinggi dan mampu memberi jawaban terhadap perkembangan atau persoalan-persoalan yang dihadapi manusaia. Namun untuk memperoleh kualitas yang baik tentunya tidak terlepas dari adanya faktor-faktor lain yang mendudkungnya, misalnya; sarana gedung, buku yang berkualitas dan guru serta tenaga kependidikan yang profesional[1]
Diantara ketiga faktor tersebut tentunya guru  berada dalam posisi yang urgen. Dalam konteks pendidikan guru mempunyai peranan yang besar dan strategis, sebab gurulah yang berada di barisan paling depan dalam pelaksanaan pendidikan, berhadapan secara langsung dengan peserta didik untuk mentransformasi ilmu pengetahuan dan teknologi sekaligus mendidik dengan nilai-nilai luhur melalui bimbingan dan keteladanan[2]
Dalam peranannya ini sudah menjadi keharusan bagi seorang guru untuk memeliki aneka ragam pengetahuan, ketrampilan keguruan, kreatif, inovatif dan lain sebagainya. Termasuk kemampuannya dalam menguasai proses belajar mengajar (metode pembelajaran), misalnya dalam penggunaan metode pembelajaran tematik yang menjadi pokok bahasan pada makalah ini. 




BAB II

B.     PENGERTIAN PEMBELAJARAN TEMATIK.
Upaya untuk menigkatkan kualitas pendidikan terus dilakukan (restrukturisasi pendidikan)[3] baik dalam sektor kurikulum, pemerintah, hubungan dengan masyarakat atau lingkungan , bahkan kualitas guru juga terus ditingkatkan. Karena guru memiliki peranan yang sangat penting dalam proses belajar mengajar. Terlebih guru juga dituntut untuk lebih kaya dalam menguasai metode pembelajaran. Diantara metode-metode tetsebut adalah metode pembelajaran tematik[4]
.Dalam mengawali pembahasan tentang pembelajaran tematik, di makalah ini terlebih dahulu akan disuguhkan tentang pengertian dari pokok pembahasan untuk menghindari kesalah pahaman dan juga untuk mempermudah fokus pendiskusian. Pembelajaran tematik juga biasa disebut dengan pembelajaran terpadu, karena konsep ini telah menggabungkan dari beberapa bidang studi atau mata pelajaran dalam satu tema dengan tujuan pembelajaran akan menjadi lebih menarik dan kaya pengetahuan.
Tema merupakan alat  untuk mengenalkan berbagai konsep kepada anak didik secara utuh. Dalam pembelajaran tema diberikan dengan maksud menyatukan isi kurikulum[5] dalam satu kesatuan yang utuh, memperkaya perbendaharaan bahasa anak didik dan membuat pembelajaran lebih bermakna. Argumentasi yang dibangun dalam pembelajaran yang menggunakan tema, dimaksudkan agar anak didik mampu mengenal berbagai konsep secara mudah dan jelas[6]. Pembelajaran tematik merupakan suatu strategi pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman yang bermakana kepada siswa atau dengan bahasa yang singkat pembelajaran tematik ini merupakan pembelajaran yang memadukan beberapa mata pelajaran atau bidang studi dalam satu tema. Keterpaduan tersebut dapat dilihat dari aspek proses atau  waktu, kurikulum, dan aspek belajar mengajar. Jadi dari berbagai penjelasan di atas yang dimaksud dengan pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema sebagai pemerasatu materi dalam beberapa mata pelajaran sekaligus dalam satu kali tatap muka.
Selain pengertian di atas, masih ada beberapa pengertian-pengertian terhadap pembelajaran tematik, seperti yang dijelaskan oleh tim pengembang PGSD dalam pembelajaran terpadu D-II PGSD. Adapun pengertian-pengartian tersebut sebagai berikut[7]
1.      Pemebelajaran yang berangkat dari suatu tema tertentu sebagai pusat perhatian yang digunakan untuk memahami gejala-gejala dan konsep-konsep, baik yang berasal dari bidang studi yang bersangkutan maupun dari bidang studi lainnya.
2.      Suatu pendekatan pembelajaran yang menghubungkan berbagai bidang studi atau mata pelajaran yang mencerminkan dunia riil di sekeliling dan dalam rentang kemampuan dan perkembangan anak.
3.      Suatu cara untuk mengembangkan pengatahuan dan keterampilan anak secara simultan.
4.      Menggabungkan suatu konsep dalam beberapa bidang studi atau mata pelajaran yang berbada dengan harapan anak akan belajar lebih baik dan bermakana.

B.      RUANG LINGKUP PEMBELAJARAN TEMATIK.

Pembelajaran tematik tidak bisa diterapakan pada semua tingkatan kelas serta seluruh bidang studi, ada batasan-batasan tersendiri atau ruanglingkup tersendiri yang menjadi sasaran pembelajaran tematik, baik tingkatan kelas atau bidang studi. Adapaun ruanglingkup tersebut adalah sebagai berikut: pada tingkatan kelas tematik diberikan pada kelas I-III sekolah dasar dan pada bidang studi pada bahasa Indonesia, matematika, ilmu pengetahuan alam, pendidikan kewarganegaraan, ilmu pengetahuan social, kerajinan tangan dan kesenian, serta pendidikan jasmani.



BAB III

KARAKTERISTIK DAN RAMBU- RAMBU PEMBELAJARAN TEMATIK.

Adapun karakteristik pembelajaran tematik yang menjadi pembeda dengan pembelajaran yang lain adalah sebagaimana berikut[8]
1.       Berpusat pada peserta didik. Maksudnya, pembelajaran berpusat pada siswa (student centered), hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subyek belajar,sedangkan posisi guru lebih banyak memposisikan dirinya sebagai fasilitator.
2.    Memberikan pengalaman langsung pada peserta didik (direct experiences); dengan pengalaman langsung, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata sebagai dasar untuk memehami hal-hal yang lebih abstrak.
3.    Pemisahan antara mata pelajaran tidak begitu nyata dan jelas; maksudnya, focus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa.
4.    Menyajikan suatu konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan hal ini siswa diharapkan mampu memahami konsep-konsep tersebut secara utuh serta untuk membantu permasalahan siswadalam kehidupan sehari-hari.
5.    Fleksibel atau luwes, dalam artian ini bahan ajar dalam satu mata pelajaran dapat dikaitkan dengan mata pelajaran yang lainnya, bahkan dapat dikaitkan dengan lingkungan tempat sekolah dan siswa berada.
6.    Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa, sebab siswa diberikan kesempatan untuk mengoptimalakan potensinya sesuai dengan keinginannya.
7.    Menggunakan prinsip belajar sambil bermain, sehingga proses pembelajaran terasa lebih menyenangkan.
Selain terdapat karakteristik, dalam pembelajaran ini juga terdapat rambu-rambu yang harus diperhatikan.
1.         Tidak semua pelajaran harus dipadukan.
2.         Dimungkinkan terjadi penggabungan kopentensi dasar linats semester.
3.         Kopetensi dasar yang tidak dapat dipadukan, tidak boleh dipaksakan untuk dipadukan, melainkan disajikan secara tersendiri.
4.         Kompetensi dasar yang tidak tercakup pada tema tertentu harus tetap diajarkan dengan cara melalui tema lain atau secara tersendiri.
5.         Kegiatan pembelajran ditekankan pada kemmpuan membaca, menulis, berhitung, dan penanaman nilai-nilai moral.
6.         Tema-tema yang dipilih disesuaikan dengan karakteristik siswa, lingkungan, dan daerah setempat.


A.     PRINSIP DAN LANGKAH PEMILIHAN TEMA.
“Tema”, sudah menjadi titik poin dalam pembelajaran tematik[9], karena tema memiliki fungsi untuk memadukan beberapa mata pelajaran. Maka dari itu dalam menentukan tema harus benar-benar dilakukan secara hati-hati agar tema tersebut mampu memadukan beberapa mata pelajaran maupun kompetensi dasar dengan memperhatikan prinsip dan langkah-langkah sebagai berikut[10]:
1.                  Kedekatan, artinya tema hendaknya dipilih mulai dari tema yang terdekat dengan kehidupan anak didik, kemudian tema yang semakin jauh dari kehidupan.
2.                  Kesederhanaan, tema hendaknya dipilih dari tema-tema yang sederhana, baru kemudian ke tema-tema yang lebih rumit.
3.                  Kemenarikan tema dipilih mulai dari yang menarik minat anak didik, yang kemudian bisa dilanjutkan pada tema-tema yang kurang menarik.
4.                  Keinsidentalan, hal ini memiliki pengertian bahwa peristiwa-peristiwa yang terjadi di sekitar tempat pembelajaran berlangsung hendaknya dimasukkan atau dikaitkan dalam pembelajaran meskipun peristiwa tersebut tidak sesuai dengan tema yang sedang diajarkan.
       Langkah-langkah:
1.                  Mengidentifikasi tema yang sesuai dengan hasil belajar dan indicator dalam kurikulum.
2.                  Menata dan mengurutkan tema berdasarkan prinsip-prinsip pemilihan tema.
3.                  Menjabarkan tema kedalam sub-sub tema dengan tujuan tema tidak terlalu luas.
4.                  Memilih subtema yang sesuai.
Berikut ini adalah salah satu contoh-contoh jaringan tema yang melibatkan beberapa mata pelajaran[11] Berikut ini adalah salah satu contoh-contoh jaringan tema yang melibatkan beberapa mata pelajaran[12]

Matematika
1.    Menentukan waktu (pagi, siang, sore, malam), hari, dan jam.
2.    Menentukan lama suatu kejadian berlangsung.
3.    Mengenal panjang suatu benda melalui kalimat sehati-hari

IPA
1.    Mengenai bagian-bagian tubuh dan kegunaannya serta cara merawatnya.
2.    Mengidentifikasi kebutuhan tubuh agar tumbuh sehat dan kuwat.
3.    Membiasakan hidup sehat

PPKN
1.    Menjelaskan perbedaan jenis kelamin, agama,dan suku bangsa.


 








                                                             

 



B.      LANGKAH-LANGKAH PENYUSUNAN PEMBELAJARAN TEMATIK
Untuk mengaplikasikan pembelajaran tematik ada beberapa panduan langkah-langka yang dapat dijadikan pedoman guna mempermudak persiapan pembelajaran pertama: pemetaan kompetensi dasar; pada bagian ini perlu dilakukan karenauntuk memperoleh gambaran menyeluruh dari semua standar kompetensi dan kompetensi dasar dari beberapa mata pelajaran yang dipadukan. Dalam pemetaan ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu[13]
a.    Mempelajari standar kompetensi dan kompetensi dasar yang terdapat di tiap-tiap materi pelajra, berikutnya mengidentifikasi kompetensi dasar dari beberapa mata pelajaran yang dapat dipadukan, dan selanjutnya baru menentukan tema sebagai pemersatu.
b.    Menetapkan tema-tema terlebih dahulu kemudian mengidentifikasi kompetansi dasar dari beberapa mata pelajaran yang cocok dengan tema yang dipilih.
Kedua: menetapkan jaringan tema, dalam artian menhubungkan kompetensi dasar dengan tema oemersatu dan mengembangkan indicator pencapaiannya untuk setiap kompetensi dasar yang terpilih. Ketiga: penyusunan silabus. Keempat: penyusunan rencana pembelajaran, adalah menjabarkan silabus ke dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang memiliki beberapa komponen sekaligus menjadi pembeda dari RPP pembelajaran diluar pembelajaran tematik. Kompenen tersebut meliputi :
a.    Identitas mata pelajaran ( nama pelajaran yang akan dipadukan, kelas, semester, dan alokasi waktu).
b.    Kompetensi dasar dan indicator yang ingin dicapai.
c.    Materi pokok beserta uraiannya.
d.    Strategi pembelajaran.
e.    Alat, media, dan sumber bahan pembelajaran.
f. Penilaian dan tindak lanjut.
Kelima: pengelolaan kelas, ini juga menjadi bagian penting untuk diperhatikan dalam pembelajaran tematik agar proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik dan optimal. Ruang kelas dapat diatur sedemikian rupa sesuai dengan tema yang sedang dilaksanakan, semisal tema yang dipelajari berkaitan dengan jenis-jenis binatang, maka kelas perlu dilengkapi dengan bebrapa gambar hewan (sapi, kembau, harimu, kera, kucing, buaya dan lain sebagainya). Setting bangku peserta didik juga dapat dirubah-rubah sesuai dengan selera; tempat duduk peserta didik tidak harus du kursi, melaikan bisa di karpet bergambar atau tikar; proses belajar tidak harus di ruang kelas, melainkan bisa di luar kelas; dinding kelas juga bisa dimanfaatkan untuk memajang hasil-hasil karya anak didik (lukisan, kerajinan, dll)
.
C.      MENETAPKAN STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR.

Dalam mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu:
a.    Urutan berdasarkan herarki konsep disiplin ilmu dan atau tingkat kesulitan materi.
b.    Keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam mata pelajaran.
c.    Keterkaitan standar kompetensi dan kompetensi dasar antar mata pelajaran.
Kompetensi dasar berisi mengenai pengethuan, ketrampilan, dan sikap yang harus dikuasai siswa dan siswi dalam rangka pencapaian standar kompetensi pada masing-masing mata pelajaran yang akan dipadukan. Di bawah ini contoh rumusan Setandar Kompetensi dan Kompetensi Dasar mata pelajaran untuk siswa kelas I SD/MI pada semester I[14]

Mata pelajaran : Kewarganegaraan
Kelas/semester : satu/satu
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
1.   Menerapkan hidup rukun dalam perbedaan
1.1         Menjelaskan perbedaan jenis kelamin, agama, dan suku bangsa.
1.2        Memberikan contoh hidup rukun melalui kegiatan di rumah dan di sekolah.
1.3      Menerapkan hidup rukun di sekolah dan rumah.
2.   Membiasakan tertib di rumah dan di sekolah
2.1         Menjelaskan pentingnya tata tertib di rumah dan di sekolah.
2.2         Melaksanakan tata tertib di rumah dan di sekolah.

Mata pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/semester : satu/satu
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Mendengarkan
1.      Memahami bunyi bahasa, perintah, dan dongeng yang dilisankan
1.1  membedakan berbagai bunyi bahasa.
1.2  Melaksanakan sesuatu sesuai dengan perintah atau petunjuk sederhana.
1.3  Menyebutkan tokoh-tokoh dalam cerita.
Berbicara
2.      Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi secara lisan dengan perkenalan dan tegur sapa, pengenalan benda dan anggota tubuh, dan deklamasi.
2.1  memperkenalkan dirisendiri dengan kalimat sederhada dan santun.
2.2  Menyapa orang lain dengan menggunakan kalimat sapaan yang tepan dan santun.
2.3  Mendeskripsikan benda-benda di sekitar dan fungsi anggota tubuh dengan kalimat sederhana.
2.4  Mendeklamasikan puisi anak dengan dengan lafal dan intonasi yang sesuai.
Membaca
3.      Memahami teks pendek dengan membaca nyaring.
3.1  membaca nyaring suku kata dan kata dengan lafal yang tepat.
3.2  Membaca nyaring kalimat sederhana dengan lafal dan intonasi yang tepat.
Menulis
4.      Menulis permulaan dengan menjiplak, menebalkan, mencontoh, melengkapi, dan menyalin.
4.1  menjiplak berbagai bentuk gambar, lingkaran, dan huruf.
4.2  Menebalkan berbagai bentuk gambar, lingkaran, dan huruf.
4.3  Mentoh huruf, kata, kalimat sederhana dari buku atau papan tulis dengan benar.
4.4  Melengkapi kalimat yang belum selesai berdasarkan gambar.
4.5  Menyalin puisi anak sederhana dengan huruf lepas.

Mata pelajaran : Matematika
Kelas/semester : satu/satu
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Bilangan
1.      Melakukan penjumlahan dan mengurangi bilangan sampai 20
1.1  mebilang banyak benda.
1.2  Mengurutkan banyak benda.
1.3  Melakukan penjuml;ahan dan pengurangan bilangan sampai 20.
1.4  Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan pengurangan sampai 20.
Geometri dan pengukuran
2.      Menggunakan pengukuran waktu dan panjang.
2.1  menentukan waktu 9pagi, siang, sore, malam), hari, dan jam (secara bulat).
2.2  Menentukan lama suatu kejadian berlangsung.
2.3  Mengenal panjang suatu benda melalui kalimat sehari-hari 9pendek,panjang) dan membandingkannya.
2.4  Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan waktu dan panjang.
3.      mengenal bebrapa bangun ruang.
3.1  mengelompokkan bebrabgai bangun ruang (balok, prisma, tabung, bola, dan kerucut).
3.2  Menentukan urutan benda-benda ruang yang sejenis menurut besarnya.

Mata pelajaran : IPA
Kelas/semester : satu/satu
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Makhluk hidup dan proses kehidupan
1.      Mengenal anggota tubuh dan kegunaaannya, serta cara perawatannya.
1.1  mengenal bagian-bagain tubuh dan kegunaannya serta perawatannya.
1.2  Mengidentifikasi kebutuhan tubuh agar tumbuh sehat dan kuat (maka, air, pakaian, udara, lingkungan sehat).
1.3  Membiasakan hidup sehat.
2.      Mengenal cara merawat lingkungan agar tetap sehat.
2.1  mengenal cara menjga lingkungan agar tetap sehat.
2.2  Membedakan lingkungan sehat dengan lingkungan tidak sehat.
2.3  Menceritakan perlunya merawat tanaman, hewan peliharaan, dan lingkungan sekitar.
Benda dan sifatnya
3.      Mengenal berbagai sifat benda dan kegunaanya melalui pengamatan perubahan bentuk benda.
3.1  mengidentifikasi benda yang adadi lingkungan sekitar berdasarkan cirinya melalui pegamatan.
3.2  Mengenal benda yang dapat diubah bentuknya.
3.3  Mengidentifikasi kegunaan benda di lingkungan sekitar.

Mata pelajaran : IPS
Kelas/semester : satu/satu
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
1.      Memahami identitas diri dan keluarga, serta sikap saling menghormati dalam kemajemukan keluarga.
1.1  mengidentifikasi identitas diri, keluarga, dan kerabat.
1.2  Menceritakan pengalaman diri.
1.3  Menceritakan kasih saying antar anggota keluarga.
1.4  Menunjukkan sikap hidup rukun dalam kemajemukan keluarga.

Mata pelajaran : Seni budaya dan ketrampilan
Kelas/semester : satu/satu
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Seni rupa
1.      Megapresiasi karya seni rupa
1.1  mengidentifikasi unsur rupa pada benda di alam sekitar.
1.2  Menunjukkan sikap apresiatif terhadap unsur rupa pada benda di alam.
2.      Mengekspresikan diri melalui karya seni rupa.
2.1  engekspresikan diri melalui gambar ekspresif.
2.2  Mengekspresikan diri melalui teknik mengguntuing/menyobek.
Seni music
3.      Mengapresiasi karya seni music
3.1  Mengedentifikasi unsut/elemen music dari berbagai sumber bunyi yang dihasilkan tubuh manusia.
3.2  Mengelompokkan bunyi berdasarkan sumber bunyi yang dihasilkan tubuh manusia.
3.3  Menunjukkan sikap apresiatif terhadap sumber bunyi yang dihasilkan tubuh manusia.
4.      Mengekspresikan diri melalui karya seni music.
4.1  Menampilkan permainan pola irama sederhana.
4.2  Mengekspresikan diri melalui vocal.
4.3  Mengekspresikan diri melalui alan music atau sumber bunyi yang dihasilkan tubuh manusia.
4.4  Melafalkan lagu anak-anak.
4.5  Menyanyikan lagu anak-anak secara individu, kelompok atau klasikal.
Seni tari
5.      Mengapresiasi karya seni tari.
5.1  Mengidentifikasi fungsi tubuh dalam melaksanakan gerak di tempat.
5.2  Menampilkan gerak tari menurut tingkatan tinggi rendah.
5.3  Menunjukkan sikap apresiatif terhadap gerak tari menurut tingkatan tinggi rendah.
6.      Mengekspresikan diri melalui karya seni tari.
6.1  Menanggapi rangsangan bunyi dengan gerakan spontan.
6.2  Menampilkan unsur gerak tari di depan penonton.

Mata pelajaran :Penjaskes
Kelas/semester : satu/satu
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
1.      Mempraktekkan gerak dasar kedalam permainansederhana/aktivitas jasmani dan nilai yang terkandung di dalamnya.
1.1  mempratekkan gerak dasar jalan, lari, dan lompat dalam permainan, serta nilai spontanitas, kejujuran kerja sama, toleransi, dan percaya diri.
1.2  Mempratekkan gerak dasar memutar, mengayun, atau enekuk dalam permainan, serta nilai spontanitas, kejujuran kerja sama, toleransi, dan percaya diri.
1.3  Mempratekkan gerak dasar lempar tangkap dan sejenisnya dalam permainan, serta nilai spontanitas, kejujuran kerja sama, toleransi, dan percaya diri.
2.      Mendemontrasikan sikap tubuh dalam berbagai posisi.
2.1  Mendemontrasikan sikap tubuh dalam posisi berdiri.
2.2  Mendemontrasikan sikap tubuh dalam posisi berjalan.
3.      Mempratekkan senam lantai sederhana tanpa alat dan nilai yang terkandung di dalamnya.
3.1  mempratekkan gerak keseimbangan statis tanpa alat, serta nilai percaya diri dan disiplin.
3.2  mempratekkan gerak keseimbangan dinamis tanpa alat, serta nilai percaya diri dan disiplin.
4.      Mengungkapkan perasaan melalui gerak berirama dan nilai yang terkandung di dalamnya
4.1  mempratekkan gerak bebas berirama tanpa menggunakan music dan nila disiplin dan kerja sama.
4.2  mempratekkan gerak bebas berirama menggunakan music dan nila disiplin dan kerja sama.
5.      Menerapkan budaya hidup sehat.
5.1  Menjaga kebersihan diri yang meliputi kuku dan kulit.
5.2  Mengenal pentingnya imunisasi.

















BAB IV

E.      LANGKAH-LANGKAH PENYUSUNAN PEMBELAJARAN TEMATIK

Untuk mengaplikasikan pembelajaran tematik ada beberapa panduan langkah-langka yang dapat dijaikan pedoman guna mempermudak persiapan pembelajaran pertama: pemetaan kompetensi dasar; pada bagian ini perlu dilakukan karenauntuk memperoleh gambaran menyeluruh dari semua standar kompetensi dan kompetensi dasar dari beberapa mata pelajaran yang dipadukan. Dalam pemetaan ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu[15]
a.    Mempelajari standar kompetensi dan kompetensi dasar yang terdapat di tiap-tiap materi pelajaran, berikutnya mengidentifikasi kompetensi dasar dari beberapa mata pelajaran yang dapat dipadukan, dan selanjutnya baru menentukan tema sebagai pemersatu.
b.    Menetapkan tema-tema terlebih dahulu kemudian mengidentifikasi kompetansi dasar dari beberapa mata pelajaran yang cocok dengan tema yang dipilih.
Kedua: menetapkan jaringan tema, dalam artian menhubungkan kompetensi dasar dengan tema oemersatu dan mengembangkan indicator pencapaiannya untuk setiap kompetensi dasar yang terpilih. Ketiga: penyusunan silabus. Keempat: penyusunan rencana pembelajaran, adalah menjabarkan silabus ke dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang memiliki beberapa komponen sekaligus menjadi pembeda dari RPP pembelajaran diluar pembelajaran tematik. Kompenen tersebut meliputi :
a.    Identitas mata pelajaran ( nama pelajaran yang akan dipadukan, kelas, semester, dan alokasi waktu).
b.    Kompetensi dasar dan indicator yang ingin dicapai.
c.    Materi pokok beserta uraiannya.
d.    Strategi pembelajaran.
e.    Alat, media, dan sumber bahan pembelajaran.
f. Penilaian dan tindak lanjut.
Kelima: pengelolaan kelas, ini juga menjadi bagian penting untuk diperhatikan dalam pembelajaran tematik agar proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik dan optimal. Ruang kelas dapat diatur sedemikian rupa sesuai dengan tema yang sedang dilaksanakan, semisal tema yang dipelajari berkaitan dengan jenis-jenis binatang, maka kelas perlu dilengkapi dengan bebrapa gambar hewan (sapi, kembau, harimu, kera, kucing, buaya dan lain sebagainya). Setting bangku peserta didik juga dapat dirubah-rubah sesuai dengan selera; tempat duduk peserta didik tidak harus du kursi, melaikan bisa di karpet bergambar atau tikar; proses belajar tidak harus di ruang kelas, melainkan bisa di luar kelas; dinding kelas juga bisa dimanfaatkan untuk memajang hasil-hasil karya anak didik (lukisan, kerajinan, dll)
.
C.      MENETAPKAN STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR.

Dalam mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu:
a.    Urutan berdasarkan herarki konsep disiplin ilmu dan atau tingkat kesulitan materi.
b.    Keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam mata pelajaran.
c.    Keterkaitan standar kompetensi dan kompetensi dasar antar mata pelajaran.
Kompetensi dasar berisi mengenai pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang harus dikuasai siswa dan siswi dalam rangka pencapaian standar kompetensi pada masing-masing mata pelajaran yang akan dipadukan. Di bawah ini contoh rumusan Setandar Kompetensi dan Kompetensi Dasar mata pelajaran untuk siswa kelas I SD/MI pada semester I[16]

















BAB V
PENUTUP
KESIMPULAN
Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema sebagai pemerasatu materi dalam beberapa mata pelajaran sekaligus dalam satu kali tatap muka.
Prinsip dalam menentukan tema pada pembelajaran tematik.
a.    Kedekatan.
b.    Kesederhanaan.
c.     Kemenarikan.
d.    Keinsidentalan.
Langkah-langkah dalam menyusun pembelajaran tematik
a.       Pemetaan kompetensi dasar.
b.      Penetapan jaringan tema.
c.       Penyusunan silabus.
d.      Penyusunan RPP.
e.       Pengelolaan kelas
Jika terdapat kompetensi dari bebrapa mata pelajaran yang belum dapat dipadukan, maka kompetensi tetap harus diajarkan dengan cara tersendiri atau menggunakan teama yang lain.
















DAFTAR PUSTAKA.

Aziz, Abd, Filsafat Pendidikan Islam: Sebuah Gagasan Membangun Pendidikan Islam, (Surabaya: eLKAF, 2006).
Basri, Hasan dan Beni Ahmad Saebani, Ilmu Pendidikan Islam Jilid Ii, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2010).
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional; Menciptakan Pembelajaran Kreatif Dan Menyenangkan, ( Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009).
Hamalik, Oemar, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009).
Kunandar, Guru Professional; Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2007).
Majid, Abdul, Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standar Kompetensi Guru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009).
Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam, (Surabaya: PSAPM, 2004).
Trianto, Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik: Bagi Anak Usia Dini TK/RA dan Anak Usia Kelas Awal SD/MI, (Jakarta: Kencana, 2011)
Usman, Moh Uzer, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT remaja Rosdakarya, 2009).







 1Tiga faktor tersebut dikutip dari hasil wawancara antara mantan Menteri Pendidikan Nasional (Wardiman Djoyonegoro) dengan Televisi Pendidikan Indonesia (TPI) pada tanggal 16 Agustus 2004. Lihat E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional; Menciptakan Pembelajaran Kreatif Dan Menyenangkan, ( Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), Cet. VIII, h. 1.
 2 Kunandar, Guru Professional; Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2007), h. v.
[3] Restrukturisasi pendidikan adalah memperbaiki pola hubungan sekolah dengan lingkungannya, dengan pemerintah, pola pengembangan perencanaan serta pengembangan manjerialnya, pemberdayaan guru dan model-model pembelajaran. Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standar Kompetensi Guru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), cet. VI, h. 3.
[4]Guru juga sebagai demonstator, sebagai pengelola kelas, sebagai mediator atau fasilitator, dan juga sebagai evaluator.  Moh Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT remaja Rosdakarya, 2009), cet. XXIII, h. 9-11.
[5] Sebenarnya cukup banyak pengertian tentang kurikulum, namun belakangan ini kurikulum yang lebih dikenal adalah kurikulum berbasis kompetensi, yaitu kurikulum yang berorientasi pada hasil dan dampak yang diharapkan muncul pada diri peserta didik melalui serangkaian pengalaman belajar yang bermakna dan keberagaman yang dapat dimanifestasikan sesuai dengan kebutuhannya. Kurikulum ini lebih menekankan pada kompetensi pertanyaan apa yang dapat diketahui, disikapi, atau dilakukan siswa. Hasan Basri dan Beni Ahmad Saebani, Ilmu Pendidikan Islam Jilid Ii, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2010), h. 177-178. Lihat juga, Abd. Aziz, Filsafat Pendidikan Islam: Sebuah Gagasan Membangun Pendidikan Islam, (Surabaya: eLKAF, 2006), h. 136. Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam, (Surabaya: PSAPM, 2004), Cet. II, h. 182.
[6] Kunandar, 311.
[7] Ibid, 312.
[8] Ibid, h.313-314.
                9.Hampir ada kemiripan antara pembelajaran tematik dengan pembelajaran advokat, keduanya sama-sama menekankan pembelajran yang melibatkan peserta didik secara penuh (student cencered), pembelajaran odvokasi juga menuntut peserta didik untuk menggunakan berbagai ketrampilan, seperti menganalisis, berbicara, mendengar, dll. Pengajaran ini juga menggunakan topic tertentu dalam pembelajaran, akan tetapi tidak memadukan dari berbagai mata pelajaran. Lebih jelas tentang pembelajaran odvokad lihat Oemar hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), cet. 9, h. 228.
[10] Kunandar, h.315-316.
[11]Trianto, Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik: Bagi Anak Usia Dini TK/RA dan Anak Usia Kelas Awal SD/MI, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 238.
[12] Trianto, Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik: Bagi Anak Usia Dini TK/RA dan Anak Usia Kelas Awal SD/MI, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 238.
[13] Kunandar h.317-326.
[14] Trianto, h. 335-339.
[15] Kunandar,…h., 317-326.
[16] Trianto, h. 335-339.